kebahagiaan adalah sebuah pilihan yang membutuhkan usaha untuk meraihnya.
-Anonim-
°
°
°"LARA!!" Teriakan melengking itu membuat seorang gadis yang ada di dalam kolam renang berdecak kesal kala melihat seorang pemuda yang berlari-lari kearahnya.
"Aku udah tungguin kamu dua jam lebih, kamu-nya mala asik berenang," ketus Rey berjongkok di tepi kolam.
Lara menggaruk tengkuknya yang tak gatal, sial. Ia lupa jika hari ini ada janji dengan pacarnya itu. "Maaf deh."
"Udah buruan naik, keburu orang di rumah nunggu lama." Lara merentangkan kedua tangannya, minta ditarik. Dengan kesal Rey menarik tangan gadis itu. Namun, bukannya Lara yang keluar dari kolam malahan ia yang tercebur di dalam kolam, membuat Lara yang melihat itu tertawa puas.
"Rey?" panggil Lara karena Rey belum juga muncul. Gadis itu menyelam, ia terkejut melihat Rey yang tak bergerak sama sekali di dalam air.
Lara menarik tubuh cowok itu keluar dari kolam, merebahkan tubuh Rey di tepi kolam. Tidak mungkin Jika ia membawa Rey masuk kedalam rumah dengan baju basah, bukan.
Gadis itu terus menekan perut Rey, agar air yang terminum cowok itu keluar dan ia sadar. Tapi, hal itu sama sekali tak berhasil.
"Rey?" Lara menepuk-nepuk pipi pria itu.
"Rey?"
"Kasih nafas buatan, biar bangun," ujar Rey masih bisa didengar Lara. Dengan bodohnya cewek itu mengikuti apa yang dikatakan Rey. Detik berikutnya ia membulatkan matanya dan memukul lengan Rey pelan.
"Modus banget sih, bikin orang khawatir aja," kesalnya menjauhkan tubuhnya dari Rey, membuat pria itu tertawa.
Rey menoel pipi Lara. "Cie, khawatir ya," ledeknya, yang mengikuti langkah Lara. Ia menyipitkan matanya melihat leher gadis itu, lalu berlari kecil memeluk Lara dari belakang membuat langkah Lara terhenti.
"Kenapa gak dipake, hm?" tanya Rey tepat ditelinga Lara, pertanyaan itu membuat Lara tercekam.
"Aku lupa, Rey. Ih, lepas gak."
Rey menjauh tubuhnya dari Lara, menatap kesal kearah gadis dihadapannya itu. "Jadi kamu lupain aku?!"
"Astaga, enggak."
"Kamu bilang tad–"
"Kalungnya, Rey."
"Awas kamu kalo lupain aku," kesalnya melangkah pergi.
"REY," teriak Lara, membuat cowok itu menghentikan langkahnya. Rey berbalik badan menatap Lara jengah.
"Gak usah hentiin aku, aku mau nunggu didepan aja." Rey hendak kembali melanjutkan langkahnya. Namun, ucapan dari Lara membuatnya tersadar.
"Baju kamu basa, mau dimarah Bibi, kamu? Hahaha."
°°°
"Lama banget sih kalian, Bunda udah nunggu lama lho," seruh Wanda– Bunda Rey, wanita itu tersenyum hangat menyambut kedatangan Lara.
Wanda memang sudah merencanakan makan malam bersama Lara dan keluarga kecilnya, karna malam ini adalah malam anniversary-nya bersama Reno– Ayah Rey. Mereka berdua memang sudah dekat semenjak beberapa tahun terakhir, dimana Rey yang jujur akan hubungannya bersama Lara dan sebaliknya.
"Bunda masakannya sendiri? Banyak banget," seruh Lara melihat hidangan dimeja makan. Keluarga Rey memang sengaja tak menyewa Art karna Wanda tak mau, wanita itu ingin mengurus rumahnya dengan sendiri tanpa bantuan Art.
KAMU SEDANG MEMBACA
267 [END]
Romance"Ketika kita yang menjadi asing, dan memilih jalan masing-masing." [FOLLOW SEBELUM BACA] Hubungan yang dijalankan Rey dan Lara selama tiga tahun tandas begitu saja karena insiden satu malam antar Rey dan Nia. Namun, siapa sangka dibalik hubungan yan...