26. KECUPAN UNTUK VINO

2.7K 214 121
                                    


Rey bangkit dari duduknya melangkah mendekati Lara dan juga Vino yang berjalan beriringan dikoridor. Cowok itu menggumpal tangannya kuat meluapkan rasa emosi melihat kedekatan keduanya layaknya seorang sepasang kekasih.

Meski kemarin malam Lara memutuskan hubungan yang selama ini ia jaga, tapi Rey tak akan membiarkan hal itu terjadi. Ia tak akan pernah membiarkan Lara lolos begitu saja.

"Ikut aku!" ucap Rey dengan dingin. Cowok itu menarik tangan Lara kasar namun Vino lebih dulu mencekalnya.

"Mau lo bawah kemana dia?!" serkas Vino, kemudian terkekeh. "Lo udah putus sama Lara. Jadi status lo sama Lara itu cuma mantan!"

Mendengar perkataan pedas dari Vino itu, membuat Rey benar-benar murka dibuatnya. Tangan Rey menggumpal dengan kuatnya, cowok itu menarik kerah seragam Vino dengan tatapan tak bersahabat.
“MAKSUD LO APA HAH?!”

“Rey, udah!” Cewek itu menatap Rey tak kala tajam. “Yang di bilang Vino itu bener. Kita cuma mantan, cuma mantan Rey! Jadi lo gak berhak ngatur-ngatur gue seenaknya!”

Tatapan Rey berubah menjadi sendu, hatinya begitu sakit mendengar perkataan Lara itu. “Lar?”

”Denger ya, Rey. Lo harus tau kalo sekarang Vino itu pacar gue, dan lo.” Lara menunjuk Rey dengan gelengan pelan. “Cuma mantan. Gue ingetin sekali lagi ya. Gak usah ngatur-ngatur hidup gue lagi!”

Terkejut? Tentu saja. Bahkan parah murid ikut menonton aksi ketiganya, mereka juga tak kalah terkejutnya mendengar pengakuan Lara itu.

Rey menggeleng dengan kekahan kecil. “Gak mungkin. Aku gak percaya!”

“Why? Gue bisa buktiin!” Lara menarik Vino agar lebih dekat. Ia berjinjit menyamai tinggi Vino lalu mengecup singkat pipi kanan cowok itu, membuat semua murid tercengang atas apa yang dilakukan Lara itu terutama Rey.

“Lar–”

“Udah ya, gue mau ke kelas. Yuk, Vin!” potong Lara. Cewek itu menarik tangan Vino melangkah pergi meninggalkan Rey yang masih terdiam.

“Ngapain lo disitu?”

Lara tersenyum penuh arti menatap Vino. Cewek itu memeluk lengan Vino lalu melangkah mendudukan bokongnya dikursi taman tak jauh dari Rey dan juga Nia.

”Hmm, sayang. Apa kamu belum mikirin kita nanti mau punya anak berapa?” tanya Lara menaikan sedikit oktafnya.

“Ha? Lo gila—”

”Shttt.” Jari telunjuknya Lara menutup mulut Vino, ia melirik kearah Rey dengan pandangan matanya, membuat Vino mengerti.

“Ish, sayang. Gue tuh pengennya punya anak empat!” Vino tersenyum manis kearah Lara membuat gadis itu ikut tersenyum.

“Benar? Kenapa gak lima aja, sayang?” ujar Lara bergelut manja di lengan Vino.

“Hm, iya kah? Kenapa tidak kepikiran dengan ku?” Vino menggaruk tengkuknya yang tak gatal sembari menatap Rey, lalu kembali tersenyum penuh arti menatap Lara dari dekat. “Bagai mana dengan 10 anak kecil?”

“Jangan bercanda!” geram Lara sedikit berbisik membuat Vino menggernyit.

“Kita emang bercanda, kan? Kenapa lo ngomong gitu. Atau lo emang beneran mau punya anak sama gue?”

267 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang