"Lo bilang apa, hah?!" emosi Nia dengan tangan yang mendorong Lara kuat, namun itu tak membuat Lara termundur ataupun terjatuh.
Lara menatap Nia enteng, ia menggeleng pelan. "Ngerasa tersindir? Padahal gue gak tuh nyindir-nyindir lo, lo nya aja yang ngerasa. Tapi bagus deh."
Lagi-lagi Lara berhasil membuat Nia emosi, gadis berambut sebahu itu berusaha untuk tenang, agar tak gegabah dalam menghadapi cewek yang ada dihadapannya ini.
Masalalu yang membuatnya kembali dan kenyataan Rey telah mempunyai kekasih itu sunggu membuat hatinya tersakiti, meski di wajahnya itu terlihat bahagia namun tidak sama sekali dengan hatinya.
"Kenapa diam? Bingung nanti malam mau berapa jam terus, sama siapa?" celetuk Lara santai.
Tak kuat akan hinaan dari Lara itu, Nia menamparnya kuat. Hingga Lara tertoleh kearah kiri. Bukan Lara jika tak santai, wajah yang merah itu tak membuatnya emosi sama sekali, jiwanya itu seakan sudah sepakat agar tak emosi.
Lara memegangi pipinya, ia menoleh kearah Nia santai. Lagi-lagi ia tersenyum smirk. "Aduh, sakit banget. Sampe-sampe mau pingsan," ucap Lara drama. Tak lama setelah itu ia tertawa sumbang, layaknya psikopat.
"Dengan lo nampar gue, itu gak akan buat gue emosi, lo pikir gue bakal emosi? Enggak!!"
Senyuman terbit dibibir Lara, cewek itu memegang pundak Nia dengan tangan kanannya lalu mendorong tubuh cewek itu hingga Nia termundur beberapa langkah.
"Baru satu tangan lho, gimana kalo gue main dua tangan, kira-kira kesayangan Rey yang satu ini mati gak ya.... Ups, kok gue ngomong gitu?" Lara terkekah sendiri atas ucapannya, ia menggeleng pelan melihat wajah merah Nia menahan emosi itu.
"Lo jangan seenaknya!!" sentak Nia menjambak rambut Lara kuat.
Lara yang tak mau kalah itu membalas jambakkan Nia lebih kuat, hingga rambut cewek itu banyak sekali yang rontok ditangannya. Parah murid yang hendak memasuki toilet itu tertahan akibat aksi keduanya, mereka hanya menontonnya tanpa ada niat untuk menghentikan mereka. Apalagi itu Lara, bisa-bisa merekalah yang habis ditangan cewek itu.
Nia tiba-tiba saja langsung menjatuhkan dirinya kelantai, wajah yang merah menahan emosi itu berubah menjadi sedih membuat Lara terkekah atas kelicikan gadis dihadapannya itu.
"Nia, lo kenapa?" Rey berjongkok memegangi pundak Nia, wajah Nia yang terlihat sangat sedih itu membuat Rey khawatir dan heran sekaligus.
"Ni??" Nia menghapus jejak air matanya ia menggeleng pelan dengan senyum tipis yang tercetak di bibirnya itu.
"Hiks, gapapa kok Rey. Tadi Lara cuma salah paham aja kok," ujar Nia dengan sedikit sesegukan membuat Lara memutar bola matanya jengah. Pintar sekali gadis ini bermain drama.
"Kamu apain Nia, Lar?!" tanya Rey dingin dengan mata yang menatap Lara tak percaya. Sedangkan Lara yang mendengar itu memutar bola matanya malas.
"Gak aku apa-apain, dia nya aja yang lemah!" jawab Lara sedikit tak suka, melihat mimik wajah Nia itu sungguh membuatnya ingin menghabisi gadis itu sekarang juga.
Rey menghelangkan napas panjang, berusaha agar tidak emosi menghadapi Lara. Ia juga tak mau kejadian semalam terulang lagi, itu sudah cukup membuat jarak diantara hubungan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
267 [END]
Romance"Ketika kita yang menjadi asing, dan memilih jalan masing-masing." [FOLLOW SEBELUM BACA] Hubungan yang dijalankan Rey dan Lara selama tiga tahun tandas begitu saja karena insiden satu malam antar Rey dan Nia. Namun, siapa sangka dibalik hubungan yan...