Satu minggu kemudian ...
Senyuman tipis terukir indah dibibir seorang pemuda ketika memandang foto yang ada di tangannya. Rasa rindu yang mendalam itu membuatnya menghelangkan napas berat. "Gue kangen lo, Ra." Tangan kanan yang kekar itu mengelus kaca bingkai foto yang ia pegang, tatapan sendu, rasa rindu dan hati yang sakit saat melihat gadis itu selalu bersama pemuda lain membuat nya sangat takut. Takut jika gadis itu tidak bisa lagi mengingat hal tentang dirinya.
"Gue akan buat lo ingat lagi siapa gue yang sebenarnya, Ra. Udah cukup gue pantau lo dari jauh, udah cukup gue pendam rasa gue ke lo!"
Vino meletakkan kembali bingkai foto yang ia pegang itu di atas nakas, memandang sejenak wajah manis gadis kecil yang ada difoto itu. Kenangan indah di masalalu bersama gadis kecil itu membuat Vino tersenyum. "Dulu kita bersama, dan sekarang kita juga bakal bersama, Ra."
Vino lagi-lagi menghelangkan napas berat, pemuda itu merampas ransel tasnya dan kunci motor lalu melangkah pergi keluar kamar.
"I will make you remember who I am, Ra. Even though later you have to be separated from Reynal," gumam Vino sebelum menancap gas meninggalkan halaman rumah nya. Hari ini pemuda itu akan menjadi murid pindahan di sekolah SMA Suka Jaya.
Butuh waktu 30 menit untuk Vino sampai di SMA Suka Jaya. Pemuda itu membuka helm full face miliknya, mengacak rambutnya yang sedikit berantakan lalu menatap sekeliling para siswi-siswi yang menatap kearahnya dengan tatapan kagum, hal itu sontak membuat Vino terkekah kecil.
"Lara?" Vino tersenyum tipis melihat Lara yang berjalan sendirian di koridor sekolah. Tanpa menunggu banyak waktu, cowok itu langsung melangkah mendekati Lara. Menarik tali ransel tas Lara dari belakang, membuat gadis itu menghentikan langkahnya, berbalik badan menghadap kearah Vino.
"Hai, Lara?" sapa Vino tersenyum manis kearah Lara. Sedangkan Lara hanya menatap datar Vino, wajah gadis itu terlihat sedikit pucat.
"Ngapain lo?"
"Lo sakit, Lar?" tanya Vino balik.
Lara memutar bola matanya jengah, mata nan lentik itu tak sengaja menatap Rey yang berjalan beriringan dengan Nia membuat mengendus kesal. Kenapa pemuda itu akhir-akhir ini sering sekali menghabiskan waktunya bersama dengan Nia dibanding bersama dirinya. Mulai dari berangkat sekolah, ekskul bahkan pulang sekolah Rey selalu saja lebih memperdulikan Nia dibanding Lara.
Tanpa memperdulikan pertanyaan Vino, Lara melangka mendekati Rey hingga gadis itu tak sadar jika ia menginjak tali sepatunya sendiri, Vino yang mencekal tangan Lara itupun ikut terjatuh di atas tubuh gadis itu.
Adegan kedua remaja itu tak luput dari pandangan parah murid yang berlalu-lalang, mereka bahkan menatap Lara dan juga Vino secara terang-terangan dengan ekspresi terkejut sekaligus. Lara melotot menatap Vino, dengan gesit gadis itu mendorong dada bidang Vino agar pemuda itu menyingkir dari hadapannya.
Lara menatap kearah Rey yang juga menatapnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan, tanpa mengatakan sepatah katapun pada Vino, Lara langsung berlari-lari kecil mengejar Rey yang melangkah pergi.
"Gak usah di kejar, Lar. Nanti juga Rey gak bakal milih lo," sentak Nia membuat Lara menghentikan langkahnya. Menatap gadis itu dengan tatapan tak suka dan jijik sekaligus.
"Maksud lo apa? Rey, milih lo? Ck, masa iya orang berkelas milih orang murahan kayak lo? Mimpi kali!" Setelah mengatakan itu Lara langsung melangkah pergi dari hadapan Nia.
"Gue punya apa yang gak lo sama Rey punya, Lar. Jadi lo gak bakal bersama sama Rey lagi."
Senyuman terukir indah dibibir Nia. Memikirkan apa yang akan terjadi pada Lara kedepannya itu membuatnya sangat bahagia. "Gue mau lo menderita, sama seperti gue yang menderita dulu," lanjut Nia lalu melangkah menuju kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
267 [END]
Romance"Ketika kita yang menjadi asing, dan memilih jalan masing-masing." [FOLLOW SEBELUM BACA] Hubungan yang dijalankan Rey dan Lara selama tiga tahun tandas begitu saja karena insiden satu malam antar Rey dan Nia. Namun, siapa sangka dibalik hubungan yan...