Mata Vino membulat sempurna menatap jam yang sudah menunjukkan pukul setengah 7. Tanpa banyak waktu, cowok itu langsung melangkah ke kamar mandi dengan terbirit-birit. "Sial, kenapa air nya gak nyala sih?!" gerutuk Vino lalu keluar dari kamar mandi, ia melangkah menuruni anak tangga dengan terburu-buru hingga cowok itu tak sadar jika disofa ada gadis yang berkuncir kuda duduk dengan seragam sekolah yang melekat ditubuhnya.
"Wah, pangeran kita udah bangun nih. Gimana tidurnya, nyenyak?" tanya Lara bersedekap dada menatap Vino.
"Lara? Lo kok bisa tau rumah gue?"
Lara memutar bola matanya jengah, ia bangkit dari duduknya melangkah mendekati Vino. "Lo aja tau semua tentang gue, kenapa gue enggak bisa tau tentang lo, iya kan?"
"Ha, maksud lo apa?"
"Udahlah, mendingan lo mandi terus makan. Gue udah siapin makanan dimeja makan!" tandas Lara melangkah pergi.
Vino hanya menatap punggung Lara yang mulai menjauh dengan heran. Sungguh ia sangat tak mengerti apa yang di ucapkan Lara padanya tadi, apa gadis itu-
"Sial," desak Vino berlari menghampiri Lara.
"Lar, g-gue semalam ngomong apa sama lo? Gak ada yang aneh-aneh kan?" tanya Vino dengan perasaan cemas.
"Mending lo diem. Nih, duduk makan," ucap Lara menyodorkan sepiring nasih goreng, membuat Vino langsung duduk, namun pemuda itu masih menatap Lara menunggu jawaban atas pertanyaannya tadi.
"Gak ada yang aneh."
Empat kata yang diucapkan Lara itu sungguh membuat Vino merasa lega. "Serius kan? Lo gak bohong?" Vino memastikan bahwa ia semalam benar-benar tidak mengatakan hal aneh-aneh pada Lara, jika tidak. Hancur sudah semuanya.
"Hm, cuma gue mau tanya sama lo."
"Tanya, tanya apa?"
Lara mengeluarkan beberapa foto yang ia bawa tadi pada Vino. Dimana foto itu menunjukkan seorang bocah laki-laki dan perempuan sedang berpelukan mesra, ada juga yang menunjukkan mereka sedang bermain ponsel dan ada pula bocah laki-laki yang mencium pipi bocah perempuan itu dengan penuh kasih sayang, membuat Vino membeku.
"Gue nemu ini didalam kotak coklat kamar gue semalam. Gue juga gak sengaja semalam liat foto yang sama di kamar lo." Lara menghentikan ucapannya, cewek itu tersenyum tipis menatap mimik wajah Vino.
"Lo tau maksud pertanyaan gue kan? Apa... Ini lo, dan gue?"
Vino terkekeh remeh, ia kembali menyodorkan foto itu pada Lara dengan gelengan. "Mana mungkin gue sama lo, gue juga najis kali cium lo kayak gitu!"
"Gue gak bercanda, Vin. Semalam lo juga bilang kalo gue amnesia. Apa bener gue amnesia?"
Damn. Vino benar-benar mematung mendengar perkataan Lara itu, ia sungguh menggerutuki dirinya sendiri mati-matian. Bagaimana bisa ini terjadi, sial. Benar-benar sial.
"Ayolah, Lar. Gue mabuk, mungkin itu cuma efek dari minuman doang, bukan real! Masa lo percaya sih gue bilang itu?"
"Gue gak bodoh, Vin. Orang mabuk kalo ngomong pasti jujur!" tekan Lara menatap Vino dalam.
"Hei, lo kenapa? Efek dari putus sama Rey ini pasti, makannya jadi gini," seru Vino mengelak dari topik.
"Gak usah bercanda. Gue tanya sekali lagi. Apa gue bener amnesia, Vin?"
***
Rey yang sedang berada di atas rooftop itu lantas menunduk kebawah, dimana ada Vino dan juga Lara yang baru datang. Kedua remaja itu nampak sangat serasi dan harmonis jika dilihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
267 [END]
Romance"Ketika kita yang menjadi asing, dan memilih jalan masing-masing." [FOLLOW SEBELUM BACA] Hubungan yang dijalankan Rey dan Lara selama tiga tahun tandas begitu saja karena insiden satu malam antar Rey dan Nia. Namun, siapa sangka dibalik hubungan yan...