44. MASALAH, UNTUK AKHIRNYA

1.9K 136 89
                                    


Lupa up, sorry

Bahagia sebelum chapter sadboy ☺️👍🏾

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bahagia sebelum chapter sadboy ☺️👍🏾

*
*

"Jangan lupa kunci pintunya, Lar."

Lara menoleh sekilas. Melihat Lintang yang sudah rapi membuat dahi gadis itu mengernyit heran.

"Mau kemana lo?"

"Jalan lah, emang lo di rumah terus nggak punya pacar," jawab Lintang mengejek.

"Cih, jadi fakboy aja bangga lo!" Lara menatap Lintang dengan sengit.

"Kalau bisa banyak, kenapa harus satu, ya kan?" Dengan bangganya pria itu tersenyum.
"Lagian gue fakboy bermodal, gak morotin duit mereka!" lanjutnya sebelum benar-benar keluar dari rumah.

"Bermodal murahan," Lara bergumam menatap Lintang yang sudah tak lagi terlihat.

Selang beberapa menit kepergian Lintang, bel rumah berbunyi. Mendengar hal itu, Lara berdecak. Dengan berat hati, ia beranjak dari duduknya, melangkah untuk membukakan pintu. Tepat saat pintu terbuka, seorang bocah laki-laki dengan mobil-mobilan di tangannya langsung memeluknya.

"Gio kangen tauuuu, Kak!" Gio menengadahkan kepalanya ke atas menatap Lara yang jauh lebih tinggi dari dirinya.

"Kak Lala kenapa gak lagi main ke lumah?"

Lara menggaruk tengkuknya yang tak gatal-bingung harus menjawab apa pada bocah itu. "Hm ... Gio ke sini sama siapa?" tanya Lara menyamai tinggi Gio.

"Sorry, Lar. Dia nangis mau ketemu lo tadi," celetuk Rey dari arah belakang.

Lara menatap Rey sekilas, kemudian kembali menatap Gio. "Gio kenapa nangis, hm?"

"Ihhhh, Gio ndak nangisssss!!! Abang Ley aja tu yang bohong!" Jari telunjuk Gio mengarah pada Rey.
"Dia ngancem Gio buat main ke rumah Kak Lala!"

Mata Rey melotot sempurna mendengar tuduhan yang diberikan Gio pada dirinya. Pemuda itu menggeleng-tak terima akan hal tersebut.

"Heh, jangan fitnah gue lu bocah!"

"Kenapa?! Kalau Abang pikil Gio bakal nangis Abang salah! Sekalang Gio berani sama Abang, sini!" Gio menentang.

"Kak Lala tau gak?" Perhatian Gio kembali teralihkan pada Lara.
"Kak Ley tu masi suka sama Kak Lala cuma gengsi aja!" Gio memberitahu.

"Gio jangan sembarang kalau ngomong!" Rey menentang. Pemuda itu menatap Gio dengan tajam-mengisyaratkan pada bocah itu untuk diam.

"Abang yang diam! Gak usah ikut campul ulusan olang dewasa! Abang tu masi bocah."

"Ayo masuk, kita bicala di dalam aja, tu olang ganggu telus!"

Gio menarik tangan Lara untuk masuk ke dalam rumah. Merasa akan ada pundi-pundi tak mengenakkan, Rey bergegas mengikuti keduanya. Ia duduk tepat di sebelah Gio, membuat bocah laki-laki tersebut berada di tengah-tengah antara dirinya dan Lara.

267 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang