Lara terus berjalan menyusuri koridor sekolah yang masih sepi, dengan gontai. Gadis itu terpaksa harus berangkat pagi-pagi karna tak mau bertemu dengan Serlina, ia tak mau wanita itu mengkhawatirkan kesehatannya.
Kepala yang sakit dan juga kaki yang terasa keram itu membuat Lara tak bisa melanjutkan langkahnya, gadis itu berjongkok dengan tangan yang memegangi kepala dan napas yang terasa sesak.
"Jangan lemah Lar, lo harus kuat!" gumam Lara langsung bangkit dan melangkah pergi menuju kelasnya, meski tubuhnya terasa sangat lemah tapi ia tak mau kelemahannya itu menjadi penghalang.
Setelah sampai di dalam kelas, Lara langsung mendudukan bokongnya dikursi, ia menaruh kepalanya dikedua lipatan tangannya. Gadis itu memejamkan matanya agar sakit di kepalanya itu sedikit hilang.
"Woi, Lar. Ngapain lo?" tanya yang Alika memasuki kelas dengan Kirana, kedua gadis itu menatap Lara heran.
"Lar?" panggil Alika mendudukkan bokongnya, namun Lara sama sekali tak menjawab panggilan dari gadis itu.
"Heh, Lar. Punya masalah hidup apa lo?" tanya Kirana diangguki Alika.
Lara melirik kearah mereka sekilas lalu kembali memejamkan matanya. "Gak ada!"
"Ah, gue tau. Pasti gara-gara Rey semalam ini, makannya jadi galau!" tuduh Kirana curiga.
"Nah bener tuh pasti gara-gara semalam, emang ya cowok tuh kalo liat cewek cantik dikit doang langsung berpaling!" timpal Alika menggeleng pelan namun Lara masih saja tak merespon perkataan kedua gadis itu, kepalanya itu benar-benar merasa sakit untuk meladeni perkataan mereka yang tak terlalu penting.
"Iya sih, tapi cantikan Lara lah dari pada sih Nia, Nia itu lagian kenapa sih semalam dia sampe bisa dateng, bukannya cuma orang terdekat aja?!"
Alika mengangkat bahunya tak tau, gadis itu sedikit mendekati Kirana. "Katanya sih dia tuh kerabat jauh Mira," ucap Alika pelan yang masih bisa didengar Kirana.
"Demi apa?!" Kirana menatap Alika dengan mata yang melotot saking terkejutnya.
"Tapi sifat Mira sama sih Nia itu beda banget–"
"Lo pikir Nia sama Mira saudaraan harus sama gitu?! Yang saudaraan aja sifatnya gak sama!"
"Yeh, biasa aja kali ngomong nya gak usah ngegas!!"
"Aduh katanya sih ada yang dibentak sama pacar sendiri ya, aduh aduh aduh.... Kasian banget sih," celetuk Tamara yang memasuki kelas bersama kedua enteng-enteng nya.
Tamara Bleszynski atau bisa di panggil Tamara dan Amara, gadis itu sudah beberapa hari tak masuk sekolah entah apa alasannya. Gadis cantik ratu bully itu sangat suka sekali mengurusi hidup orang, apalagi Lara. Musuh bebuyutan nya.
Tamara tersenyum mengejek menatap Lara yang masih saja memejamkan matanya. Elsa yang ada disamping Tamara itu heran menatap Lara. "Lo kenap, Lar? Sakit?"
"Heh, apa-apaan lo khawatir sama dia?!" sentak Tamara menatap Elsa tak suka membuat gadis itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Aduh... Kampungan banget sih lo Tamara musuhan sama orang aja ngajak orang lain," ucap Alika menggeleng pelan.
"Lah orang dia emang kampungan!" timpal Kirana membuat Tamara menatapnya tajam, dengan wajah merah menahan emosi itu, Tamara menunjukkan Kirana dengan jari telunjuknya.
"Lo jangan sembarang mbak kalo ngomong, gak liat gue tinggal di kota gak liat gaya gue?!"
Lara yang mendengar itu menongak menatap Tamara datar. "Iya tinggal sama gaya nya doang kayak kota, tapi dari gaya bicaranya tuh udah ngeliatin banget kalo kampungan, udah cupu sok suhu lagi!!" sindir Lara lalu kembali memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
267 [END]
Romance"Ketika kita yang menjadi asing, dan memilih jalan masing-masing." [FOLLOW SEBELUM BACA] Hubungan yang dijalankan Rey dan Lara selama tiga tahun tandas begitu saja karena insiden satu malam antar Rey dan Nia. Namun, siapa sangka dibalik hubungan yan...