38. KENCAN YANG ANEH

891 109 121
                                    

Kiyy... balik lagi kita geasss, jangan lupa komen yakk..

"Disaat aku benar-benar membutuhkanmu, lantas kenapa kau mala menjauh dari ku?"-Lara Ayudisha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Disaat aku benar-benar membutuhkanmu, lantas kenapa kau mala menjauh dari ku?"-Lara Ayudisha.


Sudah satu jam lebih Lara bolak-balik membuka ponselnya, ia benar-benar menunggu pesan dari Vino. Namun, entah mengapa pemuda itu tak kunjung mengabarinya sama sekali. Padahal hari sudah menunjukkan pukul 8 malam, lantas kemana Vino?

Entah mengapa, hati kecil Lara merasa sakit melihat Vino yang tadi siang hanya diam tanpa mengatakan apapun. Jika boleh jujur, Lara juga takut. Takut jika Vino tak mempercayainya sama seperti Alika.

Untuk sekian kalinya, Lara menghelangkan napas gusar. "Gue kira lo percaya sama gue," gumamnya menunduk.

Tok...
Tok...

"S-siapa?"

Lara meneguk silvernya dengan susah payah mendengar ketokan dari kaca jendela itu. Ia mengintip dari balik gordeng, pupil mata gadis itu melotot melihat Vino yang melambaikan tangan padanya dari luar sana.

Tak mau berlama-lama, Lara langsung membuka pintu, ia keluar mendekati Vino yang masih berdiri dengan senyuman khasnya.

"Lo lewat dari mana?"

"Tangga," jawab Vino enteng.

Mendengar itu, Lara spontan menatap kearah bawah balkon, dimana masih ada tangga yang menancap disana.

"Gak percaya amat sama pacar sendiri!" Vino menggeleng.

Pandangan Lara kembali tertuju pada Vino. Gadis itu memukul kuat lengan Vino beberapa kali membuat sang empu meringis, sekaligus heran.

"Lo jahat tau gak sama gue! Kenapa tadi disekolah lo diemin gue, kenapa?!" erang Lara dengan mata menahan tangisan yang ingin pecah.

Tanpa aba-aba, gadis itu memeluk Vino. Lara memeluknya dengan erat dan isakan pelan yang terdengar jelas.

"Gue kira lo gak percaya sama gue. Gue takut tau gak, hiks."

Lengkungan dibibir Vino tertarik membentuk senyuman. Ia membalas pelukan Lara tak kala kuat dengan tangannya yang terus mengusap rambut panjang Lara yang tergerai dengan lembut.

"Enggak. Gue selalu percaya sama lo, meskipun dalam hal salah," Vino melepaskan pelukannya.

Tangan kekar Vino memegang kedua bahu Lara dengan mata yang menatap manik mata gadis itu dalam. Ia menghapus jejak air mata Lara yang masih membasahi pipi gadis itu, kemudian tersenyum.

"Denger, gue selalu percaya sama lo. Buat apa gue percaya sama orang yang baru gue kenal?"

"Tapi kenapa lo diemin gue, kenapa?!"

"Karna gue pengen gini," Vino berterus terang.

Melihat mimik wajah Lara yang kebingungan, Vino justru tersenyum ia menarik kembali gadis itu kedalam dekapannya.

267 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang