As you wish, honey

553 24 4
                                    

Hai...
Hai...

Sebelum membaca tekan bintangnya dulu yaa...

Jangan lupa komentarnya 🤧

Sidang kasus pidana atas pembunuhan Alvian Danish, Dilara Osman dan Adrian Danish resmi di gelar di pengadilan Negri Bandung
Ryan dan Vanya duduk berdampingan dengan Mami Wina, sedangkan Bunda Riana dan Mang Hendi ditetapkan sebagai saksi

Arman berjalan masuk ke ruang persidangan memakai baju Koko putih celana panjang hitam, dan peci putih menutupi kepalanya, berjalan terseok dengan menggunakan tongkat diapit oleh dua orang petugas yang membantunya berjalan

Luka akibat tembakan pada lututnya ternyata berbuntut panjang, tempurung lututnya pecah, ditambah lagi dengan vonis dokter bahwa Arman menderita diabetes, sehingga memperlambat penyembuhan pada lukanya, dan kini luka itu mengeluarkan bau busuk yang menyengat, butuh waktu yang lama agar luka itu mengering

Sidang berjalan lancar, tuntutan jaksa  yang menuntut hukuman mati karena kasusnya tergolong Tindak pidana
Pembunuhan berencana yang diatur dalam pasal 340 KUHP, bahkan yang dituduhkan tidak main-main yaitu menghilangkan tiga nyawa yang merupakan saudara tiri, saudara angkat dan juga adik iparnya

Tidak ada eksepsi atau nota pemberatan oleh terdakwa Arman maupun dari pengacaranya, sesuai keinginan Arman bahwa ia mengakui semua perbuatan dan akan menerima  hasil sidang dengan lapang dada

Vanya menangis histeris hingga Ryan harus membawanya keluar dari ruang sidang, Arman menatap sendu penuh penyesalan pada kedua anaknya

Hingga akhirnya sidang selesai dan akan dilanjutkan kembali pada waktu yang telah ditentukan

Arman meminta pengacaranya agar pihak kepolisian memberikan waktu untuk berbicara dengan kedua anaknya, setelah mendapatkan ijin Arman menemui kedua anaknya disalah satu ruangan khusus, tidak hanya Ryan dan juga Vanya ternyata bunda Riana juga ada disana untuk menenangkan Vanya

"Vanya" lirih Arman memanggil putrinya yang menangis dipelukan Ryan

Vanya mengangkat kepalanya menoleh pada suara yang begitu dirindukannya

"Papi" lirihnya, lalu bangkit dan berjalan memeluk Arman, isakan tangis lirih menyayat hati kembali terdengar

"Maafkan papi" bisik Arman seraya mengecup kepala Vanya

"Kenapa Pi?, Kenapa papi lakukan itu, kata Aa Ryan mereka orang-orang baik"

"Aa mu benar, mereka orang baik, papi lah yang tidak pandai bersyukur karena memiliki saudara seperti mereka, maafkan papi"

"Bagaimana dengan Vanya Vi, Vanya takut" lirih Vanya

"Ryan"

Ryan segera bangkit menghampiri Arman dan juga Vanya

"Ryan, jaga Adikmu, papi tau kamu pasti sudah tau siapa kamu sebenarnya, papi minta maaf, papi lakukan itu karena papi menyayangi kamu seperti putra papi sendiri, papi tidak ingin kehilangan kamu"

"Ryan tau Pi, Terima kasih sudah membesarkan Ryan, Ryan akan jaga Vanya papi tidak usah khawatir"

"Jaga juga kakak ipar dan keponakan mu" Arman melirik pada bunda Riana yang duduk memperhatikan ketiga nya

"Kami sudah memaafkan mu" ucap Bunda Riana mengulas senyuman

"Tentu tidak mudah bagi anak-anak ku untuk memaafkan mu, karena mereka telah kehilangan orang yang mereka sayangi, tapi aku yakin perlahan mereka akan memaafkan mu, semoga Tuhan mengampuni semua dosa-dosamu" ucapan tulus Riana membuat hati Arman menghangat

I Know You LOVE Me (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang