Solo, Please Help Me... berkisah tentang Shindu. Si pesimis lemah yang pulang ke Solo setelah lahir dan besar di negeri orang.
Shindu datang ke Solo dengan sebuah misi, sebuah tujuan terbesar yang pernah dia usahakan dalam hidupnya.
Karena semua ya...
Aku pikir, dulu, hidupku dan Shindu akan menjadi salah satu dari sederet kisah yang bersinggungan secara tidak terduga. Sesingkat itu, jadi ketika kami lulus SMA, aku akan begitu saja melupakannya.
Tetapi, nyatanya tidak. Kami menjadi bagian hidup satu sama lain. Kami bergantung satu sama lain.
Aku merelakan diri terjebak dengan Shindu, coba ikhlas saja saat Mas Pandu memaksaku berjanji untuk menjaga Shindu baik-baik selama kami di perantauan. Mengiyakan begitu saja saat Tante Shintya menitipkan anak manjanya itu tanpa batas waktu yang bisa ditentukan.
Sejak seminggu yang lalu, kami berdua jauh dari rumah. Jadi mahasiswa baru yang sedang sibuk-sibuknya. Tinggal di sebuah rumah indekos mewah temuan Tante Shintya. Dan kamarku tepat di sebelah kamar Shindu.
Dari awal nuraniku sudah kikuk, apalagi saat Tante Shintya bilang sudah menemukan indekos yang cocok untuk kami berdua. Mungkin, maksudnya untuk putra manjanya yang itu, bukan untukku, bukan untuk nominal uang di rekening Mbak Kayla tentunya.
"Nanti kamar kalian sebelahan ya, sayang."
"Eh, maaf Tante ... Tapi,"
"Fi, jangan pusing-pusing mikirin itu, biar diurus mommy, kita harus hemat energi sebelum jadi Maba."
Sejak dulu, Shindu memang suka seenaknya. Lagipula bukan porsiku untuk menolak rezeki. Selama aku tidak meminta, semuanya yang disodorkan padaku akan aku terima dengan rasa syukur.
Tante Shintya benar-benar mengurus semuanya untuk kami. Saat aku pertama kali menginjakan kaki di kamar kost Shindu, yang pertama kali aku lihat adalah ruangan yang sama persis dengan kamar Shindu di Solo. Tante Shintya membuatnya persis dengan kamar Shindu, sampai perabotannya sekalipun.
Shindu memang sulit menyesuaikan diri dengan tempat baru, tapi ... kalau sampai seperti ini apa tidak berlebihan?
Hmm ....
Ngomong-ngomong soal Shindu, anak itu sedang menghindar dari panggilan telepon Mas Pandu. Suaranya hilang, hanya karena kemarin sore makan satu bakwan jagung waktu kami kerja kelompok membuat atribut orientasi.
"Fi, tolongin ...," rengeknya, berisik sekali. Suara Shindu serak-serak, mungkin karena sedari pagi anak itu batuk-batuk.
"Nanti aku yang kena marah, Shin!"
"Kalo kamu enggak bilang, ya Mas Pandu enggak bakal tahu!"
"Trus aku bilang apa coba?"
"Apa aja?"
Shindu mendorongku keluar kamarnya, dia benar-benar sedang tidak ingin membuat Mas Pandu khawatir, baru tiga hari yang lalu Mas Pandu pulang ke Solo masak hari ini Shindu sudah berulah.
Begitu aku menutup pintu kamar, Mas Pandu kembali menghubungi ponsel Shindu. Ada foto mas Pandu di layar ponsel Shindu, aku belum berniat mengangkatnya, lalu dengan mudahnya memoriku kembali ke tiga hari yang lalu.
Masih segar di ingatanku, wajah serius Mas Pandu. Masih jernih di telingaku, sederet cerita Mas Pandu tentang Shindu. Tentang mereka yang dipisahkan, lalu bagaimana hebatnya perjuangan Shindu menahan rasa sakitnya untuk membawa keluarga mereka utuh kembali.
Dari sana, aku mengerti, seberapa berharganya Shindu untuk Mas Pandu.
"Dua kali Fi, aku melihat Shindu menghilang dari mataku dua kali. Aku benar-benar enggak bisa ngapa-ngapain waktu itu, rasanya enggak berguna banget. Sejak Shindu kembali dari Singapur, dan dia akhirnya bisa lepas dari kebiasaan buruknya, aku janji Fi, sama Ibu, sama diriku sendiri, kalau aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitinya. Siapa pun!"
Mas Pandu adalah sosok kakak yang selalu aku rindukan. Jika andai saja Mas Kama masih ada, andai saja waktu itu Mas Kama tidak perlu bekerja ke Batam, andai saja ....
Terlalu banyak kata andai untuk kujadikan perisai, namun bayang wajah pucat Mas Kama, genggaman hangat yang telah dingin itu, terlalu tajam untuk ditepis.
"Aku janji, bakal jagain Shindu selama di sini Mas. Mas Pandu enggak perlu khawatir."
22.10.21 Habi 🐘
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.