7. Pusing Itu Ada Banyak Jenisnya

3.4K 347 17
                                    

"Mas Shindu itu lebih berbahaya dari playboy, lebih harus diwaspadai dari tukang PHP."
-Yulinda Putri-

***

Putri masih coba menyusun kata, uraian dari hasil analisanya, ketika terdengar keributan kecil dari arah belakang.

Dia menoleh, sejenak melepaskan fokusnya dari tugas dan tidak menyangka akan mendapati Shindu tengah membantu memunguti berkas yang jatuh berantakan dari tangan seorang perawat.

Putri melihatnya dengan jelas, mata besarnya bergerak kaku saat tidak sengaja memandang Shindu yang tersenyum manis pada perawat di depannya.

Shindu setengah berlutut, dengan satu lutut bertumpu pada lantai. Dia bergerak cepat mengumpulkan satu persatu kertas dan menyusunnya perlahan. Kemudian dia serahkan sopan pada perawat cantik yang memandangnya canggung.

Perawat itu mengangguk kecil membalas senyum Shindu yang sudah berlalu. Matanya tidak lepas dari punggung Shindu yang berjalan santai menghampiri Putri.

Putri menyaksikan semuanya.

Dia sadar satu hal setelahnya.

Saat matanya mengerjap lucu melihat Shindu yang sudah berdiri di hadapannya, Putri sadar....

Shindu sudah menyeret dirinya pada alur gila, yang dia sebut salah paham.

Putri sadar jika Shindu memang tipikal laki-laki yang tanpa sengaja menabur pesonanya, dan tanpa niat telah menjerat perhatian setiap wanita.

Termasuk Putri.

Yang dengan bodohnya sudah menganggap dirinya sendiri sebagai si spesial di mata Shindu.

Memalukan.

Putri jadi malu sendiri memikirkannya.

Tidak sadar dia mengacak kepala berhijabnya kasar. Tangannya bergerak frustasi membuat jilbab hitam yang sebelumnya dia kenakan dengan rapi menjadi berantakan.

"Lho, Mbak Putri kenapa?"

Shindu mengambil duduk di sebelah Putri,  matanya menatap Putri khawatir.

Tangannya tergerak ingin membantu merapikan jilbab Putri, sampai Putri menghindar mundur dan menunjukan senyum kakunya.

"Eh gak papa Mas, s saya cuma pusing ngerjain tugas."

Putri tahu dirinya kacau saat ini, jadi dia hanya menunduk sambil merapikan jilbabnya.

Tidak ingin lagi melihat senyum Shindu yang bisa dipastikan akan membuatnya semakin kacau dan lupa diri.

"Kalau gitu kita pulang aja, Mbak. Biar nanti Shin cari taxi."

"E eh bukan itu maksud saya Mas, saya sehat kok, saya masih bisa antar Mas Shindu."

"Lho, tadi katanya pusing Mbak? Kalau sakit jangan dipaksain Mbak."

Putri mulai bingung jadinya, pusing yang dia maksud bukan pusing yang itu. Yang kliyengan dengan mata berkunang-kunang, ini pusing dengan definisi yang lain.

Tangannya bergerak cepat merapikan barang-barangnya. Akan sulit nantinya jika dia harus menjelaskan dulu pada Shindu, yang kosakata bahasa Indonesianya terbatas.

Solo, Please Help Me (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang