20. Bingung, Tapi Kenapa?

2.8K 357 88
                                    

"Sama pastinya akan ada siang setelah malam. Begitupun dukaku, akan segera tergantikan oleh kabar bahagia."

--Shindu Wijaya--

***

"Pagi Mbak Kayla, Kahfi .... "

Shindu mendekat dengan senyuman hangatnya. Dia berdiri tepat di depan Kahfi, menunggu salamnya dijawab.

"Jangan sok kenal deh, Mas." Kahfi mendengkus sebal. Berbanding terbalik dengan Kayla yang tersenyum ramah menyambut Shindu.

"Fi, mbak pernah ngajarin kamu jadi sombong kaya gini?" Kayla memandang ke arah adiknya tajam. Dia tidak suka saat adiknya bersikap menyebalkan seperti saat ini. Padahal Kayla selalu mengajarkannya untuk rendah hati.

Walau Kayla membesarkan Kahfi seorang diri, dia ingin adiknya tumbuh menjadi pribadi yang baik, yang hangat untuk semua orang. Jadi saat Kayla melihat bagaimana sikap Kahfi pada Shindu, dia kecewa.

Kayla tidak bisa terima jika semua ajaran kebaikan yang setiap hari dia tanamkan untuk Kahfi berakhir sia-sia.

"Iya, maaf Mbak. Tapi gara-gara masnya ini, kendang sekolah gak bisa dipakai lagi Mbak."

Mata kecil Shindu membulat kaget. Seingatnya, salah satu teman Kahfi pernah bilang bahwa kendangnya baik-baik saja. Tapi kenapa sekarang Kahfi mengatakan kebalikannya?

"Kendangnya jadi rusak, Mas?"

"Iya, gak tahu apanya. Tapi kata Fajar suaranya berubah, dia yang biasa pegang soalnya."

Kayla berdeham kecil, dia kembali mengenakan helm kemudian menyalakan motor matic merahnya.

"Sudah masuk sana, obrolin baik-baik. Kalo uda beres, trus temenan."

Dia tertawa kecil mengejek, kemudian melajukan motornya. Meninggalkan Kahfi dan Shindu yang masih berdiri di depan sekolah. Canggung.

"Maaf ya, Mas. Shin beneran gak sengaja yang waktu itu. Biar Shindu ganti Mas, kendangnya."

Langkah Shindu yang lebar masih belum bisa mengimbangi langkah cepat Kahfi. Kakinya memang panjang, lebih panjang dari milik Kahfi. Hanya saja, Shindu tidak terbiasa berjalan secepat itu.

"Beneran ya, nanti pulang sekolah kita cari. Ok? Satu lagi, jangan panggil mas! Kahfi saja!"

Di depan pintu kelas, tiba-tiba Kahfi berhenti. Dia berbalik dan menghadap langsung pada Shindu. Kali ini dengan pandangan mata yang berbeda makna. Sepertinya dia terlalu senang saat mendengar Shindu akan membelikan kendang baru untuk kelompok karawitan sekolah mereka.

Shindu hanya mengangguk kaku. Menyetujui apa saja yang diinginkan Kahfi, asal dia bisa selangkah saja lebih dekat dengan anak itu.

"Ayo masuk! Aku kenalin ke anak-anak."

Sebentar lagi bel masuk berbunyi, tapi Kahfi malah berdiri di depan kelas. Membawa penghapus papan tulis di tangan kanan kemudian memukulkannya pada papan tulis. Suaranya gaduh dan mengundang perhatian seisi kelas.

Sementara Shindu, dia masih berdiri di ambang pintu. Tersenyum kecil melihat ke sekeliling kelas dengan penasaran. Hingga Kahfi meneriakan namanya. Shindu mendekati Kahfi, dia berdiri di samping anak itu masih dengan senyumnya yang menawan.

Kelas kembali gaduh saat itu, sebagian dari mereka berbisik, bertanya-tanya tentang sosok Shindu.

"Ini Shindu, anak baru yang kemarin gak sengaja nyemplungin kendang sekolah ke kolam ikan."

Kelas semakin ribut.

"Dan kabar baiknya, dia mau ganti."

Sebagian bersorak senang, salah satunya teman Kahfi yang Shindu pernah lihat dulu--Fajar. Anak itu naik ke kursi dan menari-nari dengan wajah sumringah.

Solo, Please Help Me (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang