... ... ... ....

2.7K 335 98
                                    

Aku kasih tahu apa yag lebih berat dari rindu. JANJI. Makan hati kalau enggak bisa menepati."

--Shindu Wijaya--

***

Shindu itu anak baik.

Serius.

Dia tidak pernah nakal. Juga tidak pernah melawan perintah kedua orang tua. Pokoknya Shindu itu anak yang penurut.

Dia juga anak yang jujur. Kalau sakit ya ... bilang sakit. Kalau sehat ya minta main ke sana ke sini sesukanya. Kalau enggak suka, cemberut. Kalau lagi suka, ya ... maunya lagi.

Tetapi, Shindu bisa tiba-tiba berubah kalau ada yang tidak menepati janji.

Iya.

Shindu paling tidak suka dengan orang yang ingkar janji.

Dia bisa berubah menjadi setan kecil yang menguji kesabaran kedua orangtuanya. Menghabiskan harta, kemudian membuat mereka yang ingkar janji menangis hanya untuk memohon maaf.

Shindu jadi teringat kejadian setahun yang lalu. Saat Rama berjanji akan menemaninya membeli pre fall sneakers picks dari Adidas. 

Dan, Rama ingkar janji waktu itu.

Padahal Shindu sudah menunggu Rama lama. Shindu rela melewatkan kesempatan untuk berkumpul dengan teman-temannya hanya untuk pergi bersama Rama.

Shindu menunggu cukup lama di depan Ion Orchard. Hampir menghabiskan 40 menit di dalam mobilnya dengan mesin yang masih menyala. Kemudian dia mendapatkan kabar dari salah satu asisten Rama, jika Ayahnya itu ada urusan penting mendadak yang tidak mungkin diwakilkan.

Jadilah Rama ingkar janji siang itu.

"Kita pulang sekarang, Tuan?"

Rasyid, sopirnya memberanikan diri untuk bertanya. Dia tahu sifat Shindu, tuannya itu pasti sedang menahan amarahnya. Shindu tidak menolerir siapa pun yang ingkar janji, termasuk Rama, ayah kandungnya sekali pun.

"Matikan mesinnya! Kamu ikut Shin masuk. Kita habiskan uang Daddy, dan membuatnya menyesal karena sudah ingkar janji."

Rasyid mengangguk patuh, dia mengekor di belakang Shindu yang melangkah pasti menuju lantai B4, di mana Adidas Store berada.

Sesampainya di depan counter, Shindu disambut oleh seorang staff berbahasa Mandarin. Perempuan setinggi dada Shindu itu tersenyum ramah, kemudian membungkuk dengan sopan.

Namun, suasana hati Shindu sedang tidak baik. Dia hanya terus melanjutkan langkahnya, dan berujar dingin pada staff  tadi yang mengikuti di belakang Shindu.

"I'm not Chinese!"

"Owh ... i'm so sorry mister."

"Tunjukan pada saya semua koleksi pre fall sneakers toko kalian!"

Pegawai itu mengangguk cepat kemudian menunjukan jalan pada Shindu.

Kini di depan Shindu ada sebuah rak yang dipenuhi oleh sepatu. Tanpa berpikir panjang, dia menunjuk dari ujung kiri hingga ujung kanan rak tersebut.

"Dari sebelah sini, sampai sana! 27,5 cm! Wrap them all!"

Shindu menyebutkan ukuran sepatu yang dia inginkan. Ada sekitar 27 pasang sepatu, dan dia membeli semuanya.

"Would you please wait for a moment, sir?"

Shindu yang sudah duduk di salah satu bangku tunggu menerima uluran segelas air dari salah satu pegawai. Alih-alih meminumnya, Shindu menyerahkannya pada Rasyid yang berdiri dengan tenang di sebelahnya.

Solo, Please Help Me (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang