32. Modus Enggak Dosa, 'kan?

2.5K 314 114
                                    

"Kalau penasaran ya harus cari tahu! Apalagi kalau yang bikin penasaran itu cewek."

--Shindu Wijaya--

***

Shindu tidak peduli pada Fajar yang diam-diam menggeser piring siomay milik Shindu kemudian menghabiskannya.

Saat itu dia hanya tertarik pada Kayla yang  melangkah lebar, sambil melepas jaket hijaunya dengan kasar. Walau di sekitar Shindu bunga Waru merah hati berjatuhan  dengan indahnya berkat angin. Tetap saja, tidak bisa membuat Kayla terlihat anggun.

Gadis itu terlalu biasa.

Dan anehnya Shindu suka.

Suka saja, suka melihatnya berjalan, suka melihat Kayla terseyum, suka melihat kulit gelapnya yang sedikit kusam karena matahari.

Shindu hanya suka. Jantungnya berdebar memang, sedikit lebih keras dari biasanya. Tapi anehnya lagi, rasanya nyaman.

Debarannya menggelitik aneh. Debaran yang hanya jantungnya ciptakan saat mata Shindu menangkap bayang Kayla. Bukan yang lain.

Kayla semakin dekat, dan bodohnya tanpa alasan yang jelas, Shindu tersenyum lebar. Mata kecilnya hampir terpejam, dan mengarah langsung pada Kayla.

Kahfi yang melihat tingkah aneh Shindu bergidik geli.

"Kamu temen baru Kahfi yang sakit itu kan, siapa nama kamu? Aku lupa."

Mereka hanya bertemu dua kali sebelumnya. Wajar jika Kayla melupakan nama Shindu. Tapi kok Shindu kecewa ya ... Kayla melupakan namanya.

"Shindu, Mbak."

Kahfi yang menjawab, dia menumpuk piring kotor teman-temannya di tengah meja. Agar ibu-ibu penjual siomay bisa dengan mudah membereskannya.

Shindu tidak lagi tersenyum aneh, dia hanya tidak bisa mengalihkan matanya dari Kayla. Bahkan ketika Fajar menagih uang siomay mereka. Shindu bergeming.

"Lhoh kalian minta dibayarin Shindu?"

Barulah Shindu tersadar, mendengar namanya disebut Kayla rasanya menyenangkan. Dia cepat-cepat mengeluarkan dompet dan mengambil sebuah kartu kredit.

"Jangan bercanda Shin!"

Shindu bingung, Fajar mendengkus sebal tidak mau menerima uluran kartu kreditnya. Kemudian dia menggantinya dengan sebuah kartu debit. Tetap saja, wajah ketiga temannya semakin keruh saja.

"Cash aja Shin, uang tunai!"

Kali ini Kayla angkat bicara. Dan celakanya di dompet Shindu tidak ada selembar pun uang tunai. Beberapa lembar terakhir dia gunakan untuk membayar poliklinik saat dia jatuh waktu itu. Sampai sekarang Shindu belum mengeluarkan uang lagi, pantas saja kalau dia lupa untuk menarik tunai.

"Tapi Shin, gak ada tunai."

Shindu bersuara, seketika Kahfi dan yang lain mendesah kecewa. Malu sekali rasanya, apalagi ada Kayla di sana.

"Yaudah, biar Mbak yang bayar."

Kayla mengeluarkan dua lembar lima puluh ribuan, sambil tertawa gemas menyerahkannya pada Kahfi.

"Lain kali jangan lupa bawa tunai Shin, kalau ada apa-apa kartu kredit sama debit kamu belum tentu laku."

Shindu menunduk malu, seharusnya dia tidak mempermalukan dirinya sendiri di depan Kayla. Pokoknya dia harus memperbaiki situasinya kali ini. Shindu tidak mau Kayla memandangnya sebagai anak SMA yang tidak tahu apa-apa, yang tidak bisa diandalkan.

Solo, Please Help Me (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang