6. Keluarga Memang Terikat Seerat Itu

3.5K 389 5
                                    

"Jangan lupa!! Kita keluarga, jika kau jatuh aku yang akan jatuh lebih dalam, dan aku juga yang akan menunduk lebih rendah untuk bisa kau jadikan pijakan."

-Pukas Sihman Jaya-

***

Perjalanan Shindu pagi itu terasa menyenangkan.

Senyumnya mengembang dan kaki panjangnya terus mengetuk mengikuti alunan musik dari audio mobilnya.

Dia senang.

Shindu lebih tenang karena dia yakin semuanya akan berjalan lebih mudah mulai sekarang.

"Kita sudah sampai, Mas."

Shindu melepas kaca mata hitamnya dan melihat keluar, kemudian bergumam lirih masih dengan senyum lebarnya yang manis.

"Ah... we just arrived."

Putri mematikan mesin mobil, dan menunggu Shindu yang tengah mengenakan masker juga topinya.

Kemudian dia berjalan dengan tenang di belakang Shindu, yang melangkah dengan ringan.

Belum 24 jam Putri mengenal Shindu, tapi dia tahu.

Shindu sedang dalam suasana hati yang baik sekarang.

"Mas Shindu, saya nunggu di sini saja ya."

Shindu menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Putri yang menunjuk pada kursi kosong di lobi rumah sakit.

"Sendiri, gak papa Mbak? Bisa lama lho Mbak."

"Gak papa, Mas. Saya tungguin sampai Mas Shindu selesai."

Shindu terpaksa mengangguk, dengan langkah berat dia meninggalkan Putri yang masih tersenyum canggung.

Sepeninggal Shindu, Putri mengeluarkan ponsel dan buku catatannya.

Dia membaca beberapa jurnal ilmiah dari sana dan berusaha mengerjakan tugas kuliahnya di antara hiruk pikuk rumah sakit.

Dia coba terus untuk fokus hingga sebotol air mineral dingin terulur ke depannya.

Putri mengangkat wajahnya dan mendapati Shindu dengan mata sipitnya yang melengkung indah.

Mata Shindu yang tersenyum benar-benar indah.

Dia membawa sekresek makanan ringan dan menyodorkannya ke depan Putri.

Kakinya yang panjang dia lipat, dan dengan setengah berjongkok di depan Putri, Shindu berujar lembut.

"Aku gak tahu Mbak Putri sukanya apa, maaf."

Suara seraknya teredam masker.

Namun, Putri masih bisa mendengarnya.

Tulus dengan sedikit penyesalan.

"M... makasih, Mas."

Shindu kembali tersenyum, dia berdiri dan melihat Putri yang menerima pemberiannya dengan malu-malu.

Shindu memang manis.

Dia selalu manis pada semua orang.

Tapi Putri tidak tahu.

Setahunya, Shindu manis hanya padanya.

Ini hari pertamanya bertemu dengan Shindu, dan bahkan Putri tidak percaya bahwa dia telah jatuh dalam pesona anak kecil itu.

Solo, Please Help Me (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang