-2. Minus Dua

2.2K 263 69
                                    

Wajib Pakai Koko Kalau Ke Masjid!

Rampung membantu Shintia dan Joko mengangkat makanan untuk berbuka bersama, Pandu menghampiri Shindu.

Anak itu masih duduk tenang di dalam mobil. Sesekali mengedarkan pandang ke sekitar. Mengamati satu persatu jamaah masjid yang mulai berdatangan.

Benar dugaan Shindu sebelumnya. Mereka akan mengadakan buka bersama di masjid belakang komplek perumahan. Masjid kecil tepat di sebelah rumah Joko.

"Yakin mau pake tongkat aja?"

"Mas Pandu bawa kursi roda Shin?"

"Enggak, kan bagasinya penuh sama makanan."

"Mas Pandu lama-lama nyebelin ya?!"

Pandu tergelak, kemudian menunduk untuk membantu Shindu keluar dari mobil saat adiknya itu mengulurkan tangan. Sudah dua bulan lebih Shindu rutin menjalani terapi fisik, tetapi sampai saat ini dia masih bergantung pada tongkat untuk membantunya berjalan.

Begitu bangun dari koma, Shindu memang kehilangan sebagian fungsi dan kekuatan kakinya. Mungkin karena Shindu terlalu lama tidur, atau ada masalah dengan fungsi otak Shindu saat dia koma. Pandu tidak mengerti. Sampai saat ini dia juga tidak mendengar penjelasan yang lebih detail dari Shindu sendiri.

Namun, yang terpenting sekarang Shindu sudah benar-benar sehat. Shindu tidak akan lagi tiba-tiba pingsan, sesak napas, dan membuat Pandu ketakutan setengah mati seperti dulu. Dan itu yang terpenting bagi Pandu sekarang.

"Shin beneran boleh ikut buka di masjid, Mas?"

"Emang kamu puasa?"

Shindu berdecak sebal, dia melepas pegangan Pandu pada tangan kirinya untuk kemudian berjalan mendahului kakaknya itu.

"Kan kamu gak puasa, Shin! Ngapain buka?"

Pandu tersenyum gemas melihat tingkah Shindu. Dia melebarkan langkah, menggapai tangan kiri Shindu kembali, dan membantu Shindu yang kesulitan berjalan di atas tanah berkerikil halaman Masjid yang belum rata.

"Iya, Shin ganti pertanyaannya. Shin boleh Mas, ikut makan di Masjid?"

"Iya ... Shindu adiknya Mas Pandu yang manis, boleh banget malah. Gak ada larangan buat siapa pun yang pingin ikut makan apalagi buka bareng di Masjid. Gak terkecuali, kamu!"

Pandu mengusak kasar rambut Shindu, yang sore itu terlihat disisir rapi. Anak itu mengenakan baju koko milik Pandu, berwarna hitam dengan detail bordir putih di bagian kerahnya. Sedikit kebesaran di badan kurus Shindu. Salahnya yang tidak mendengar saran Pandu, untuk menggunakan kemeja apa saja yang dimiliki Shindu. Selama sopan, tidak jadi masalah. Tetapi, memang Shindu yang keras kepala. Dia nekat ingin pergi ke luar sendiri untuk membeli baju koko jika saat itu Pandu tidak memberikan miliknya. Kata Shindu waktu itu, dia tidak ingin jadi pusat perhatian dengan pergi ke Masjid tanpa mengenakan baju koko.

Pikir Shindu semua laki-laki wajib menggunakan baju koko ketika mereka ke Masjid.

Sama halnya dengan perempuan yang wajib mengenakan mukena saat salat.

Ah ... imut sekali.

18.05.19
Habi 🐘

A.n
Sebentar lagi buka, siapin dulu tajilnya, jangan lupa dicicipin dulu satu-satu ya ... takut ada yg kurang 😯🙆🙌

Ada yg pingin jadi Shindu nih, gimana? Kasih izin gak?

Ada yg pingin jadi Shindu nih, gimana? Kasih izin gak?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kata Shindu [yg ASLI] sih ... "Gapapa, Tante. Asal tampannya enggak ngalahin Shin aja."

Dasar Shin gemblung👆😯😑

Solo, Please Help Me (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang