-6. Minus Enam

2.5K 263 43
                                    

Shindu x Sepatu

Adalah Shindu dengan kecintaannya pada sepatu. Sebut dia hypebeast, Shindu bahkan tidak peduli.

Shindu tidak tahu persis bagaimana awalnya. Yang dia tahu, dia jatuh cinta pada hyperstrike sneakers pertama yang Rama belikan untuknya. Padahal di kamarnya sudah ada belasan pasang general release.

Saat itu, Shindu baru tiga belas tahun. Dan dia jatuh cinta. Pada warna, detail, bentuk, tongue, laces, dan teknologi pada midsole sneakers-nya. Semuanya.

Sejak hari itu, Shindu yang tidak pernah memiliki cita-cita dalam tiga belas tahun hidupnya, untuk pertama kali, ingin menjadi seorang desainer sepatu. Shindu ingin merancang dan membuat sendiri sneakers impiannya.

Tetapi, apa mau dikata. Perjalanan Shindu masih panjang. Dia hanya anak berumur tiga belas tahun yang lebih mengedepankan ego dari pada akal sehatnya.

Shindu tergila-gila pada sneakers.

Shindu tidak lagi tertarik pada general release, yang kapan saja bisa dia temukan di sport station atau pacific place di pusat perbelanjaan.

Yang jadi pilihannya adalah sneakers dengan jumlah terbatas. Hanya sekitar 25 hingga 50 pasang untuk setiap retail resminya.

Alasannya sepele, Shindu tidak suka ketika dia berpapasan dengan seseorang yang mengenakan sneakers sama dengan yang dia pakai.

Rasanya tidak nyaman.

Namun, tidak mudah bagi anak tiga belas tahun seperti Shindu untuk mendapatkan hyperstrike sneakers tanpa campur tangan orang tua.

Seberapa keras Shindu berusaha, dia tidak pernah mendapatkan sneakers yang dia inginkan.

Waktu itu Shindu coba membeli dari situs online resmi. Anak itu sudah menunggu 45 menit lamanya sebelum jam release. Tetapi, begitu gambar sneakers yang dia inginkan muncul, Shindu harus menelan kekecewaan. Karena dia harus disuguhkan pada keterangan Sold Out.

Tidak hanya sekali dua kali kejadian yang sama terjadi pada Shindu. Dan dengan terpaksa, dia harus merengek pada Rama. Meminta Rama untuk mengutus orang ke Jepang hanya demi membelikannya sepasang sneakers.

Jika mengingat saat-saat itu, rasanya Shindu ingin tertawa.

"Ngetawain apa, Shin?"

"Mas Pandu kepo!"

"Weh sejak kapan kamu tahu kepo?"

Shindu mengangkat kedua bahunya, enggan menjawab pertanyaan Pandu. Dia kembali fokus pada layar Zenbook, menunggu jam release dari Adidas Yeezy yang sudah sebulan dia tunggu.

"Gak cari di Adidas Store aja, Shin?"

"Harus ke Pacific Place, Mas. Mas mau anterin Shin ke Jakarta?"

"Hmm ... yang deket-deket sini enggak ada emang?"

"I'm not sure, mungkin ada. Tapi Shin takut kalau enggak legit, Mas."

"Serah kamu deh!"

Shindu tertawa lebar mendengar keluhan Pandu.

"Paling sold out lagi, trus ke jdsports deh."

"Kalo enggak ada?"

"Ya ... terpaksa ikut raffle."

"Hmm ... judi itu, Shin! Emang pingin banget ya?"

Shindu kembali tertawa. Pandu tidak tahu saja, kalau Shindu sudah coba ikut raffle online sejak dia umur empat belas tahun. Menggunakan nama Rasyid--sopirnya--karena waktu itu Shindu belum cukup umur.

Sekarang, kalau Shindu terpaksa ikut, ada Pandu yang akan membantunya. Tapi Shindu tidak yakih sih ... kalau dia bisa meyakinkan Pandu.

"Ya ... iya, Mas. Kakinya Shin udah gini, masa pakai sepatu asal-asalan."

Shindu berujar santai, dia menunjuk pada kaki kirinya yang dia luruskan di bawah meja.

Dan Pandu dibuat bungkam olehnya.


02.06.19
Habi🐘

A.n

Tante penasaran ... sampai di bagian ini, setelah banyak bagian yang mbak dan mas baca,

Sosok seperti apa Shindu di mata mbak dan mas semua?

(Kita ngomongin karakternya aja ya mbak, jangan visualnya yang jelas-jelas sudah tidak dipertanyakan lagi ketamvanannya) 😅😂





Solo, Please Help Me (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang