Naluri si Anak Kembar|| Chapter. 45

36 7 2
                                    

Bagai matahari yang selalu menyinari bumi tanpa pamrih.
Ku harap kamu selalu tersenyum setiap hari.

•••

Happy Reading!

***

Koridor rumah sakit di buat heboh karena tangisan Kania yang menggelegar. Sejak ia mengetahui bahwa keadaan Vera melemah, ia terus saja menangis. Wajah Vera benar-benar pucat, Kania tidak kuat.

"Sayang berhenti nangis, kamu bisa sakit." ucap Alvian menenangkan.

"Mas, Vera bertarung hidup di dalam sana mas, Vera kenapa tiba-tiba kayak gitu." lirih Kania sambil terus menangis.

Sementara Alvan sangat khawatir akan keadaan Vierra, ia sudah menelfon handphone adiknya itu namun tidak aktif. Ini sudah setengah jam setelah ia menelfon Vierra tadi, kemana adiknya itu?

Fokus Alvan teralihkan saat melihat Dokter dan suster berlarian membawa dua brankar dengan dua orang di atasnya. Alvan, Alvian dan Kinaya menyingkir saat Dokter itu ingin lewat, Alvan yang penasaran pun bertanya pada satu suster disana.

"Sus, maaf ini ada apa ya?"

"Ini korban kecelakaan tabrak lari mas."

Deg.

Perasaan Alvan tidak enak, ia mendekat ke brankar itu dan handphone yang di genggamnya pun jatuh.

"Vierra?!" panggil Alvan saat melihat tubuh Vierra terbaring lemah disana.

Alvian yang mendengar nama anaknya disebut pun segera berdiri dan melihat pasien tersebut. Hatinya hancur saat melihat yang terbaring lemah adalah Vierra.

"Permisi pak, pasien harus segera ditangani." ucap Dokter itu lalu pergi memasuki ruang ICU.

Alvan lemas, kedua adiknya sedang berjuang di dalam sana. Adik yang selalu ia jaga sejak kecil saat ini sedang bertarung melawan maut. Ya Tuhan, kenapa hal seperti ini terjadi.

Kania semakin menangis, ia menyesal ketika mengingat semua hal jahat yang ia lakukan pada Vierra dulu. Sekarang melihat kedua putrinya terbaring lemah di rumah sakit membuat hatinya teriris.

"Mas, aku ibu paling bodoh yang ada di dunia. Aku jahat mas."

"Ssstt, kamu gak boleh gitu. Kesalahan itu wajar, kamu bisa tebus semuanya. Belum terlambat kok."

"Vierra anak kita mas, tapi kenapa aku jahat sama dia. Bahkan dia nemenin Vera di dalam sana."

"Mereka anak kita, mereka pasti kuat percaya sama aku ya. Kamu gak boleh nangis, kalau ibunya lemah gimana mereka bisa kuat? Kamu yang melahirkan mereka, kamu yang jadi kekuatan mereka, Kania." ucap Alvian menenangkan.

"Abang sini duduk." kata sang ayah menarik tangan putranya untuk duduk di sampingnya.

"Abang gagal pa." lirih Alvan sambil tertunduk.

"Alvan gak bisa jagain Vierra sama Vera, Alvan gak bisa gantiin posisi mereka pa, Alvan gak berdaya sekarang." lirih Alvan.

Love is a Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang