Author note dibawah di baca ya, penting.
____________________
"Kadang di saat-saat tertentu, aku merasa bisa melakukan semuanya 'sendiri' ternyata aku salah, aku tetaplah seseorang yang butuh teman berbagi."
_____Vierra Jovanka_____Happy Reading~♥~
Flashback on•
Di ruang keluarga, Vierra baru saja mangambil kado yang akan diberikan pada Vera dari kamarnya. Gadis kecil itu mulai mendekati Vera yang sedang bermain barbie di samping Kania.
"Vera selamat ulang tahun yang ke 7 tahun ya, ini hadiah dari Vie untuk kamu." Vierra kecil memberikan sebuah kado yang terbungkus rapih dengan kertas motif berwarna merah muda.
"Terimakasih Vierra, Vera sama Vie." lalu keduanya berpelukan.
"Yah abang gak di ajak pelukan nih?" ucap alvan yang pada saat itu berumur 12 tahun, tepatnya kelas 6 SD.
"Gak boleh abang, kan kata Papah bukan muhrim," jawab Vera polos yang membuat Kania tertawa gemas.
"Vera ngomongin Papah, Vie jadi kangen."
"Mah vidio call Papah dong," pinta Vera dan Kania segera menuruti permintaan anak bungsunya itu.
"Halo," sapa Alvian di sebrang sana. Mendengar suaranya Alvian, Vierra dan Vera segera berlari mendekati Kania dam merebut ponsel Kania.
"Halo Pah, ini Vera Papah lagi apa?"
"Halo anak Papah yang paling manja, Papah baru aja selesai pelatihan kenapa?"
"Vierra katanya kangen Papah, dia pengin ketemu Papah," ucap Vera kecil, sedangkan Vierra sudah berbisik kepada Vera agat ponselnya diberikan kepadanya, Vera pun menurutinya dan jadilah ponsel Kania ada pada Vierra.
"Halo Papah Vie yang paling ganteng sedunia, Papah sehat-sehat kan disana?"
"Papah sehat kok, Vie kangen sama Papah ya?" Vierra mengangguk, beberapa detik kemudian dahinya menyerngit heran, memperhatikan kening Alvian yang berdarah.
"Papah kening Papah kenapa? Kok berdarah, Papah luka ya?" Alvian memegang keningnya yang berdarah.
"Ah, ini cuma luka kecil, Papah gak apa-apa kok. Oh iya hari ini kalian berdua ulang tahun ya?" Vierra dan Vera saling berpandangan lalu sama-sama mengangguk sambil menatap ke kamera.
"Selamat ulang tahun ya sayang-sayangnya Papah yang cantik, semoga kalian tumbuh jadi anak yang baik dan berbakti kepada orang tua."
"Amiin!" seru Vierra dan Vera berbarengan.
"Papah kapan pulang?" tanya Alvan yang tiba-tiba saja datang dan merebut alih ponsel Kania yang membuat Vierra dan Vera kesal.
"Abang siniin ponselnya."
"Gantian dong Ver, kalian mulu kan abang baru megang," sahut Alvan tak mau mengalah.
"Kasih ponselnya gak, Vera nangis nih," ancan Vera manja.
"Nangis aja, wleeek," sahut Alvan sambil menjulurkan lidahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/188508159-288-k953994.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is a Dream [END]
Ficção AdolescenteSUDAH END, PROSES REVISI. --- Rasa bersalah, penyesalan dan kehilangan. Ketiga hal itu tidak pernah absen menghantui kehidupan seorang Vierra Jovanka "Pergi dari rumah ini, anak pembawa sial" Vierra takut sepi, Vierra takut gelap. Namun kenapa oran...