Khawatir || Part. 27

333 23 0
                                    

____________________
Batasku hanya mengagumi, bukan memilikimu.
___Steve Fernandez___

Happy Reading ~♥~

Vierra sedang menunggu ojek online yang telah dipesannya beberapa menit yang lalu.

Ari menurunkannya di rumahnya yang dulu– rumah yang sekarang ditempatkan oleh keluarganya yang tentu saja tanpa dirinya. Vierra belum juga jujur kepada Ari bahwa dirinya telah diusir dari rumah itu alasannya adalah hanya karena ia takut, Ari akan membenci Vera nantinya.

Cling!

Satu notifikasi masuk ke ponsel Vierra, dengan cepat Vierra membukanya, nafasnya mendengus kala melihat notifikasi itu. Notifikasi yang berasa dari si tukang ojek yang meminta dibatalkan karena tiba-tiba ada urusan penting.

"Terus sekarang gue harus naik apa dong? Mana batre udah mau abis lagi." Vierra terus menggerutu sambil menggigiti ujung jarinya.

Kalian sudah tau kan, bahwa Vierra takut kegelapan? Iya, malam itu sangatlah gelap, hanya sedikit lampu yang menyinari jalan yang panjang itu. Walaupun waktu masih menunjukkan pukul 8 malam tapi tetap saja, langit sudah gelap dan jalan ini sudah terlihat sepi, walaupun tidak sesepi saat jam 10 malam.

'Ari'

Satu nama itu muncul dipikiran Vierra saat ini, ia sangat ingin menelfon Ari dan meminta laki-laki itu untuk menjemputnya, namun ia tidak enak hati. Ia merasa sudah terlalu merepotkan laki-laki blesteran Amerika itu.

Vierra memutuskan untuk tetap berjalan, dan berusaha menghilangkan rasa takutnya, dengan keringat yang sudah membasahi keningnya, perempuan itu terus berharap agar sampai kontrakannya dengan selamat.

Drrrtt

Drrrtt

Handphone Vierra bergetar, tanda ada panggilan masuk, ia segera mengangkatnya.

"Hal... halo, Steve."

Itu panggilan dari Steve.

"Vie, lo dimana lo baik-baik aja kan?"

"Steve, gu... Gue takut... Tol.. Tolong AKKKHHHHH."

DUAARRRR

Petir beserta kilat yang sangat kencang dari langit berhasil membuat Vierra takut, lampu-lampu disekitarnya memadam, sepertinya sedang terjadi pemadaman lampu sementara yang sering disebut mati lampu.

Vierra takut? Itu sudah pasti, ia tidak bisa melihat apa-apa saat ini, gemuruh terus saja berdatangan, Vierra melihat ponselnya berharap panggilannya dengan Steve masih tersambung tapi harapannya musnah karena ponselnya telah kehabisan daya.

Vierra sangat takut, ia duduk di pinggir jalan, melipat kedua kaki hingga menyentuh keningnya, dan menutup kedua telinganya takut mendengar suara gemuruh itu lagi. Air matanya sudah mengalir sedari tadi.

'Siapapun tolong Vie.'

'Ari, tolong Vie.'

'Tolong Ari, Vie takut.'

Pada dasarnya, Vierra berharap semoga Ari datang menolongnya dan memeluknya sambil berkata semua akan baik-baik saja.

¤¤¤

Love is a Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang