____________________
Aku ada namun dianggap tidak ada.
Aku peduli namun tidak dihargai.
Lantas, aku harus apa?
_____Vierra Jovanka_____Happy Reading ~♥~
Vera semakin sesak nafas di dalam mobil yang dikendarai oleh Kania. Matanya meredup, kepalanya pusing, bahkan udara serasa ingin habis, mengapa ini terjadi tiba-tiba? Vera merasakan matanya sangat berat, dan kepalanya sangat berat penglihatannya memburam, menggelap dan detik setelahnya ia sudah tidak menyadari apa-apa lagi.
Vera pingsan.
Kania pun semakin panik, pikirannya seketika buyar, memikirkan hal-hal negatif mengenai Vera.
'Vera sebenarnya kenapa? Dia sakit apa?' tanya Kania dalam hatinya.
Mobil itu sudah mulai memasuki kawasan rumah sakit, Kania melajukan mobilnya sampai tepat di depan ruang UGD. Dia buru-buru keluar mobil dan meminta pertolongan, beberapa perawat segera menolong Vera dengan bangsal yang mereka bawa lalu segera dimasukkan ke ruang UGD untuk menjalani pemeriksaan.
Kania hanya mampu menatap pintu ruang UGD yang sudah tertutup, berdoa dan berharap semoga Vera baik-baik saja.
"Mah," panggil seorang laki-laki yang baru saja datang, "Gimana keadaan Vera? Dia sebenarnya kenapa?" tanya laki-laki itu.
"Alvan, tadi muka Vera pucet banget Mamah takut."
"Mamah gak perlu takut, sekarang kita doain Vera aja, semoga dia gak kenapa-kenapa. By the way Vierra mana?"
"Nah itu dia, dia gak peduli sama Vera dan lebih mentingin urusan untuk demo besok, emang Mamah udah kesel sama dia, anak gak tau diri."
"Maksud Mamah, Vierra udah tau kalau Vera kesakitan tapi dia gak peduli?" tanya Alvan, dan Kania hanya menganggukkan kepalanya.
"Mamah yakin?"
"Yakinlah, coba deh Van kamu pikir, kalau emang dia peduli saa Vera pasti saat ini dia ada di sini sama kita, tapi apa dia malah enggak ada kan? Terus-terusan aja belain adik kamu yang gak tau diri itu."
'Kenapa gue merasa gak percaya, tapi raut wajah Mamah kelihatan jujur. Vie, lo kenapa jadi kayak gini sih. Gue kecewa sama lo.' ujar Alvan dalam hatinya.
¤¤¤
Vierra merasakan ada yang aneh, ia memperhatikan seluruh isi kelas, merasa ada yang kurang.
Kepalanya menengok ke kanan dan ke kiri, hendak mencari seseorang yang tidak ada di dalam kelas, matanya menyapu seluruh isi ruangan namun tidak menemukan orang yang dicarinya. Fokusnya teralih saat seorang pria beku memasuki kelas, Vierra segera menghampiri laki-laki itu.
"Ari, lo udah siap bawain lagu untuk besok?" tanya Vierra dan Ari hanya mengangguk.
"Lo kenapa masih disini?" tanya Ari yang berhasil membuat Vierra heran.
"Emang dari tadi gue disini kok, kenapa emangnya?"
"Vera."
"Vera, dia kenapa?"
"Vera sakit, masuk rumah sakit barusan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is a Dream [END]
Novela JuvenilSUDAH END, PROSES REVISI. --- Rasa bersalah, penyesalan dan kehilangan. Ketiga hal itu tidak pernah absen menghantui kehidupan seorang Vierra Jovanka "Pergi dari rumah ini, anak pembawa sial" Vierra takut sepi, Vierra takut gelap. Namun kenapa oran...