Happy Reading!
***
Matahari kembali bersinar, ini hari pertama Vierra di umurnya yang sudah legal. Ia pikir hari ini harus di mulai dengan senyuman, mengingat bahwa nanti Alvan akan menjemput dan mengantarkannya ke sekolah. Vierra jelas sangat bahagia.
"Jam berapa, jam berapa?" tanya nya pada dirinya sendiri, sambil melihat jam yang ada di lockscreen handphone nya dia mendengus.
"Harusnya tadi malem pas ka Alvan pulang, gue langsung tidur biar ga kesiangan gini." katanya setelah melihat bahwa jam menunjukkan pukul 06.22, dia hanya punya sedikit waktu untuk bersiap-siap ke sekolah yang masuk pukul 07.10
Meregangkan otot-otot tubuhnya lalu bangkit dari tempat tidur, dan mandi. Vierra akan bersiap-siap menjalani hari pertama nya sebagai manusia dewasa.
***
Alvan menunggu Vera selesai bersiap-siap, ia memakan roti berlapis selai srikaya yang di buat oleh Kania.
"Kak, kok tiba-tiba mau nganterin Vera ke sekolah? Biasanya bilang sibuk mau ada kelas." tanya Kania yang merasa heran.
"Gapapa, sekali-sekali. Lagian Pak Hendra lagi cuti." jawab Alvan dengan santai.
Pak Hendra adalah supir yang bertugas mengantar Kania atau Vera ketika ada keperluan. Tapi saat ini, pria yang di panggil 'bapak supir' itu sedang cuti.
"Yaudah, tapi hati-hati ya."
Pandangan keduanya beralih ke arah tangga, disana Vera sedang berjalan ke arah mereka.
"Kayaknya Pak Hendra libur lama juga gapapa deh, biar Ka Alvan terus yang nganter aku ke sekolah." celetuk Vera.
"Itu sih mau lo." Alvan mendengus.
"Gapapa, lagian ya kalo gue di anter sama lo kak, pasti banyak orang yang deketin gue buat kenalan sama lo, asik deh pasti." kata Vera yang membuat Alvan geleng-geleng
kepala."Udah paling bener mending lo makan nih roti, buruan udah jam segini." kata Alvan setelah menghabisi roti tawar miliknya.
Beberapa menit telah berlalu, Alvan dan Vera sudah benar-benar siap untuk berangkat. Keduanya menyalimi Kania dengan sopan.
"Bye-bye Mamaku sayang!" seru Viera sambil mencium Pipi Kania dengan sayang.
Keduanya menaiki mobil, Alvan di bangku kemudi dan Vera duduk di sebelahnya. Ketika merasa sudah benar-benar siap dan tidak ada yang ketinggalan, Alvan menancapkan gas dan berangkat.
"Mau duduk disitu aja, atau mau pindah ke belakang?" tanya Alvan yang membuat Vera heran.
"Mau disini aja lah, emangnya kenapa gua harus ke belakang?" tanya Vera kembali.
Alvan lupa, dirinya belum memberi tahu Vera bahwa mereka akan berangkat bersama Vierra. Gapapa, ga usah diberi tahu karna nanti Vera akan tau dengan sendirinya.
"Kak, kok lo belok kanan sih? Kalo mau ke sekolah kan lurus kesitu tuh. Lo ga mungkin lupa kan?" seru Vera sambil menunjukkan arah yang benar dengan jari telunjuknya
"Kak Alvann kok diem aja sih? Atau lo mau mampir ke suatu tempat gitu?"
"Bawel ah, diem aja kenapa sih." Ucapan Alvan berhasil membuat Vera mendengus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is a Dream [END]
Teen FictionSUDAH END, PROSES REVISI. --- Rasa bersalah, penyesalan dan kehilangan. Ketiga hal itu tidak pernah absen menghantui kehidupan seorang Vierra Jovanka "Pergi dari rumah ini, anak pembawa sial" Vierra takut sepi, Vierra takut gelap. Namun kenapa oran...