Luka yang terpendam || Chapter. 16

312 28 0
                                    

____________________
Nangis aja kalau emang lo
butuh itu untuk mencurahkan segalanya,
nangis aja kalau emang itu yang buat
lo tenang, masalah sandaran pundak gue siap
untuk jadi sandaran lo.
_______Ari Alanka______

Happy Reading~♥~

Suasana tempat olimpiade sangat menegangkan, Vierra sibuk menjawab beberapa soal yang diberikan juri, begitu juga dengan peserta lainnya.

"Nomor 15 rumusnya gimana Bim lupa gue," tanya Kiara.

"itu materi tegangan, rumusnya gaya dibagi satuan luas," jawab Bima.

Setelah itu semuanya kembali sibuk mengerjakan soal. Sebentar lagi waktu habis, sementara Vierra masih belum selesai 10 soal.

"Ri, Ari ini gimanaa rumusnya Vie panik jadinya lupa."

"Keringat lo banyak banget Vie, lo capek?" tanya Naomi.

"Enggak Vie cuma panik aja ini sebentar lagi Vie belum 10 soal, lupa rumusnya."

Tiba-tiba saja Ari mengambil kertas soal milik Vierra, "itu punya Vie, Ari ngapain ambil?" tanya Vierra, namun tidak dijawab oleh Ari, mungkin karena terlalu serius.

"Ari sini kembaliin itu kan bagian gue biar gue aja  yang ngerjain, lo jawab soal lo aja."

"Ari kembaliin sini itu bagian gue."

"Gue gak mau sekolah kita kalah karena lo ngisi soalnya terlalu lama, gak nyadar apa, ini tuh udah mau habis waktunya, lo jangan berisik, ganggu konsentrasi gue aja lo," ucap Ari sarkas, membuat Vierra terdiam, dan berfikir yang tidak-tidak, ia melihat beberapa murid dari sekolah lain sudah mengumpulkan soal beserta jawabannya.

"Maaf," ucap Vierra merasa bersalah.

"Bukan Waktunya, bantuin gue ngerjain lagi." Vierra mengangguk lalu membantu Ari, dan yang lainnya mengerjakan soal. Hingga pada akhirnya mereka selesai.

¤¤¤

"Nomor yang ada tuju, tidak dapat di--" Vierra mematikan sambungan teleponnya, sudah berkali-kali ia menghubungin Ibunya tapi tidak dapat di hubungi, khawatir? Tentu saja, Vierra takut Ibunya kenapa-kenapa di sana.

Pantang menyerah, Vierra menelfon sekali lagi dan tersambung, cukup lama hingga akhirnya suara seorang perempuan paruh baya berbicara dengan ketus.

"Kenapa?"

"Mama lagi apa? Vierra kangen."

"Gak penting kan? Saya tutup."

"Tunggu dulu Mah, Vierra masih kangen sama Mamah. Mamah tau gak? Vierra masuk babak final Mah, doain ya semoga Vierra sama tim menang."

"Mamah masih di sana kan?"

"Halo?"

"Habis-habisin waktu saya saja kamu, gak penting." pernyataan Kania mampu membuat dada Vierra sesak, Vierra mendengar bunyi 'tut' dari ponselnya yang berarti Kania sudah memutuskan panggilannya.

Dada Vierra semakin sesak ketika mengingat bahwa perjuangannya untuk membuat Kania bangga tidak pernah dihargai.

"Coba aja kalau Vera yang ada di posisi gue, udah pasti dia dapat pujian dari Mamah, sama temen-temennya," gumam Vierra sambil menghapus airmatanya dengan punggung tangannya.

Love is a Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang