_____________________________________
Baru saja datang kesenangan, dengan cepat semesta datangkan kesedihan.
Baru saja bahagia. Dengan segera pula, semesta kembali membuatku sedih.
Sungguh, semesta sangat mahir memainkan rasa.
___________Vierra Jovanka _____________Happy Reading!
Vierra sudah dibolehkan pulang oleh sang dokter yang merawatnya. Dan sekarang, gadis itu baru saja turun dari angkutan umum yang ditumpanginya untuk berangkat ke sekolah.
Pagi itu hari senin, upacara ditiadakan karena kelas 12 sudah memulai ujian try out pertama mereka. Vierra berjalan menyusuri koridor dengan semangat, ia sangat kangen dengan sahabatnya, dan gadis itu juga rindu lelakinya.
Vierra rindu Ari. Laki-laki yang entah sejak kapan berhasil memasuki hatinya, dan entah karena apa lelaki itu bisa menjadi pacaranya, semuanya berlalu begitu cepat. Cinta sudah singgah diantara keduanya.
Entahlah, kenapa bisa secepat itu. Semesta memang mahir memainkan rasa. Semoga saja rasa bahagianya saat ini bisa bertahan lama.
Vierra memasuki kelasnya yang masih sepi, senyum manis yang sudah tercetak jelas pada wajahnya perlahan sirna setelah melihat kedekatan dua sejoli yang kini saling berpandangan.
"Morning! " ucapan Vierra berhasil membuat kedua sejoli itu mengalihkan pandangan mereka.
Vierra tersenyum lagi, kali ini senyuman itu adalah palsu. Baru saja ia berharap pada semesta agar rasa bahagianya bisa bertahan lama, namun sepertinya harapan itu tak akan terkabul. Sekali lagi, semesta mahir memainkan rasa.
Vierra duduk dibangkunya, ia kesal kenapa dengan teganya Ari bermesraan dengan Vera yang merupakan kembarannya?
Ari berdiri dari kursinya lalu menghampiri Vierra yang saat ini sedang pura-pura sibuk membaca buku.
"Morning too!" ucap Ari setelah sampai di depan Vierra.
Vera menggeram kesal. Lagi dan lagi, orang yang disayangnya berpaling ke Vierra. Vera memperhatikan Ari dan Vierra sedari tadi, dengan emosi yang meluap.
"Ikut gue, Vie."
Vierra berhenti membaca buku, gadis itu menatap Ari sejenak "aku sibuk." setelah itu Vierra kembali membaca.
"Ikut gue dengan jalan kaki atau gue gendong?"
Tanpa babibu Vierra langsung berdiri meninggalkan ruangan kelas kemudian disusul Ari yang masih stay dengan wajah dingin pria itu.
"Kemana?" tanya Vierra singkat, moodnya hancur karena pria dibelakangnya ini.
"Taman belakang, masih ada waktu 15 menit."
Sesampainya di taman belakang gedung sekolah itu, Vierra menatap Ari meminta penjelasan untuk apa pria itu menyuruhnya kesini.
"Mau ngomong apa?" tanya Vierra.
"Gue telfon gak diangkat."
"Handphone aku rusak, kena hujan.
"Lo kenapa?" tanya Ari, lagi.
"Kenapa, apanya?" tanya Vierra balik.
"Kalau ditanya itu jawab, bukannya nanya balik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is a Dream [END]
Ficção AdolescenteSUDAH END, PROSES REVISI. --- Rasa bersalah, penyesalan dan kehilangan. Ketiga hal itu tidak pernah absen menghantui kehidupan seorang Vierra Jovanka "Pergi dari rumah ini, anak pembawa sial" Vierra takut sepi, Vierra takut gelap. Namun kenapa oran...