______________________
Luka tidak memiliki suara, sebab itu air mata turun tanpa berbicara.
____Steve Fernandez____Happy Reading ~♥~
Sekolah sudah sangat sepi, karena sudah 15 menit yang lalu bel pulang berbunyi dan acara demo pun sudah selesai sedari tadi.
Namun, seorang laki-laki dengan jaket hitamnya masih menelusuri koridor sekolah, mencari seseorang. Menengok ke kanan dan ke kiri tapi memang tidak menemukan siapapun, ini sudah sangat sepi. Apa orang yang dicarinya sudah pulang?
Laki-laki berjaket hitam itu segera keluar dari gedung sekolah, menuju parkiran. Sebelum sampai parkiran, ia melihat ada beberapa siswi yang menunggu di jemput. Tanpa pikir panjang ia segera menghampiri salah satu siswi yang dikenalnya.
"Tera," panggil Steve.
Wanita bernama Tera itu pun menengok ke arah sumber suara. "Kenapa, Steve?"
"Lo dari tadi udah disini?" tanya Steve berbasa-basi.
"Iya, dari tadi gue disini, tapi Mamah gue gak nyampe-nyampe." Tera menghapus keringat dengan punggung tangannya.
"Oh, lo liat Vierra gak?"
"Enggak Steve."
"Oh, oke makasi—" ucapan Steve terpotong.
"Itu, Vierra." Tera menunjuk ke arah parkiran, Steve mengikuti arah telunjuk Tera. Ia melihat langsung raut bahagia dari wajah Vierra, bukan hanya itu, pria berjuta kharisma itu juga teheran saat melihat Ari dengan nyamannya menggandeng tangan Vierra, dan Vierra juga tidak merasa terganggu.
'Apa mereka pacaran?' batin Steve menerka-nerka.
Ketika melihat motor Ari keluar dari gerbang sekolah, dan Tera juga sudah dijemput oleh Ibunya. Steve segera berjalan ke arah motornya, dan dengan kecepatan maksimal ia membelah jalanan untuk dapat mengejar motor Ari yang sudah melaju lebih dulu.
Ketika ia dapat melihat motor Ari, ia memperlambat kecepatan motornya. Rahangnya mengeras, dadanya bergemuruh. Rasa cemburu menyelimuti dirinya saat ini. Perasaan Steve bercampur aduk dalam dadanya.
Sedih, sakit, kesal, benci, dan kecewa semua itu akan berujung pada satu titik. Steve menyayangi Vierra.
Beberapa menit kemudian. Motor Ari berhenti tepat di depan gerbang rumah Vierra, sedangkan Steve berhenti di depan rumah tetangga Vierra yang berjarak 2 rumah dari rumah gadis itu.
"Kamu hati-hati ya," ucap Vierra tulus, dan Ari hanya mengangguk.
"Aku pulang."
"Iya, dahh." Vierra tersenyum semanis mungkin dan melambaikan tangannya saat motor Ari sudah kembali melaju.
Vierra segera memasuki rumahnya, sedangkan Steve memajukan motornya hingga tepat di depan rumah Vierra, dan sedikit mengumpat, namun gadis itu tidak menyadarinya.
Baru saja Vierra ingin mengetuk pintu, namun pintu itu sudah terbuka lebih dulu dari dalam dan keluarlah Vera dari dalam rumah itu sambil membawa 2 koper ditangan kanan dan kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is a Dream [END]
Genç KurguSUDAH END, PROSES REVISI. --- Rasa bersalah, penyesalan dan kehilangan. Ketiga hal itu tidak pernah absen menghantui kehidupan seorang Vierra Jovanka "Pergi dari rumah ini, anak pembawa sial" Vierra takut sepi, Vierra takut gelap. Namun kenapa oran...