Chapter.1 : Permulaan

944 111 56
                                    

Happy Reading !!


Seorang gadis bersurai hitam menatap pantulan dirinya di cermin. Memakai liptint yang senada dengan warna bibirnya sambil tersenyum simpul lalu mengambil tas sekolahnya dan memperhatikan penampilannya, "Cantik." pujinya pada pantulan dirinya di cermin lalu segera keluar dari kamarnya.

"Vie, kamu kakak anter ya?" suara berat laki-laki itu yang pertama kali Vierra dengar.

"Iya kak, aku juga udah gak sempet nih kalau harus naik angkot." Vierra mengambil nasi goreng yang sudah disiapkan Alvan untuknya. Ah, sejak hari itu Alvan benar-benar menjadi kakak laki-laki sekaligus orangtua untuk Vierra. Alvan akan memasak jika Vierra tidak sempat untuk memasak, Alvan yang datang ke setiap rapat orang tua di sekolah, Alvan yang merawatnya ketika sakit, Alvan yang jadi tempatnya bersandar selama 9 tahun ia ditinggalkan oleh kedua orangtuanya. Vierra sangat menyayangi kakak laki-lakinya itu, sangat amat sayang.

"Kamu makan dulu gih, kakak panasin mesin mobilnya dulu." Alvan mengusap lembut kepala adiknya itu, dan berlalu ke luar.

Setelah siap dengan makanannya, Vierra berjalan keluar dan memasuki mobil yang sudah ada Alvan di dalamnya. "Cuss, berangkat" ucapnya lucu, membuat Alvan terekeh seraya menancapkan gas mobilnya menuju sekolah Vierra.

"Kamu di sekolah gak pernah buat ulah ya Vie?" tanya Alvan memecah keheningan di mobil itu.

Vierra menggeleng."Ngapain harus buat ulah kalau bisa jadi anak baik-baik?" tanya Vierra dengan nada sombongnya.

"Yah, padahal kakak Sukanya punya adik yang badgirl-badgirl gitu, biar keren." Alvan tentu saja bercanda, ia bisa pusing kalau Vierra jadi anak yang nakal.

"Ngaco, padahal kalau ada anak kecil yang tengil aja kakak suka kesel sendiri." ucapan Vierra berhasil membuat Alvan tertawa.

Benar sekali, pernah ada anak kecil Bernama Libi, anak itu adalah tetangga Alvan dan Vierra. Waktu itu, Alvan sedang menyapu taman depan rumahnya dan Libi menghampirinya lalu membuang potongan-potongan daun ke tempat yang sudah Alvan sapu. Alvan berdecak sebal ketika dengan santainya anak itu berucap "sekalian buangin dong om, itu aku abis main masak-masak" lalu anak kecil bernama Libi itu segera Kembali ke rumahnya. Padahal pekerjaan Alvan hampir selesai saat itu. Berakhirlah dengan Alvan yang menyapu ulang taman yang kembali kotor itu dengan setengah hati.

Tak terasa, keduanya sudah sampai di sekolah Vierra, "Vie sekolah dulu, nanti kan kakak ada kelas sore ya, jadi gak usah jemput oke?"

Alvan menggeleng, "Kamu tetep dijemput aja, pasti sempet kok."

"Gak usah kak, nanti aku minta di anter temen aja. Oke? Bye kakak, semangat kuliahnya!" setelah mengatakan itu, Vierra menyalimi tangan Alvan dan keluar dari mobil.

Alvan menatap sendu kepergian adiknya, "Kamu kuat banget Vie, bahkan ini udah masuk tahun ke-9 kamu tanpa Mama dan Vera. Setelah berucap seperti itu, Alvan menjalankan mobilnya menuju kampus.

. . .


Vierra melangkahkan kakinya di koridor SMA Nawasena, berjalan menuju gedung IPA, Namun ketika ingin berbelok ke barisan gedung kelas XI (sebelas) seorang laki-laki berparas tampan memanggilnya.

"Permisi," ucap laki-laki itu.

"Lo manggil gue?" balas Vierra dengan heran, ketika melihat laki-laki di hadapannya ini memakai seragam yang berbeda dari yang gadis itu pakai.

Melihat anggukan dari lawannya, Vierra Kembali bertanya "Ada apa?"

"Gue murid baru, mau nanya ruang kepala sekolah dimana ya?" tanya pria berambut coklat gelap itu.

Love is a Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang