Sebelum Semuanya Hancur || Chapter. 39

42 3 0
                                    

Happy Reading!

***

Flashback 10 tahun yang lalu, sebelum kecelakaan terjadi.

Vierra sangat merindukan ayahnya yang sudah lama tidak pulang. Ayahnya bekerja sebagai panglima tentara yang saat itu tengah bertugas menjaga perbatasan Indonesia di bagian Kalimantan. Sangat jauh dari rumahnya.

Vierra tidak tau tugas seperti apa yang Alvian jalani di tempatnya bekerja. Waktu itu dia pernah bertanya kepada Alvian, pekerjaan seperti apa yang di lakukan pria itu. Dan Alvian hanya menjawab bahwa ia mengabdi pada negara dan menjaga negara itu. Vierra tidak tau,  bentuk pengabdian yang seperti apa yang di lakukan ayahnya, karena pada saat itu dia masih kecil.

Vierra kecil tidak sengaja melihat handphone milik Kania di atas meja ruang keluarga, terbesit ide di otaknya. Dengan segera ia menyalakan handphone yang memang tidak bersandi itu dan menelfon seseorang melalui handphone itu.

***

Alvian baru saja selesai mandi, ia duduk bersama teman-temannya yang ikut bertugas di daerah perbatasan tersebut. Waktu sudah mau malam, mereka akan beristirahat dan akan kembali bertugas dua jam lagi.

Alvian merapihkan jajaran senjata yang akan mereka pakai nanti, membereskan tas nya yang sedikit berantakan dan membersihkan tendanya yang agak kotor.

Drrrttt... Drrtt..

Di sela-sela aktifitasnya, handphone laki-laki itu berbunyi menampilkan nama Kania dari sana. Senyum kecil terbit dari mulutnya. Ah, ia sangat merindukan istrinya, anak laki-laki yang menjadi kebanggaannya, dan kedua princess kembar miliknya. Ingin rasanya ia memeluk mereka saat ini.

Alvan memilih keluar tenda dan duduk di pinggiran tenda, ia sangat lelah dan ingin mencari udara segar. Karena di dalam tenda sedikit sumpek maka dari itu dia memilih ke luar tenda dan menikmati angin sepoi sepoi.

Ia mengangkat panggilan yang terus berdering itu.

"Halo sayang." sambut Alvan.

"Papah!" pekik seorang anak kecil di sebrang sana.

Alvian kaget mendengar suara anaknya, lalu dengan refleks menjauhkan handphone dari telinganya, kemudian laki-laki itu terkekeh. Ternyata yang menelfon adalah anaknya.

"Kenapa, kamu kangen Papa, hm?" tanya Alvian, walaupun ia sudah tau jawabannya.

"Iya, vie kangen papa pake banget!" seru Vierra sambil menghapus airmata nya. Ayahnya tidak boleh tau kalo dia menangis, nanti ayahnya sedih.

"Papa juga kangen kamu sayang." jawab Alvian dengan senyum haru.

"Papa bohong! Kalo Papa kangen kenapa Papa gak pulang?" rengek Vierra.

Alvan tau Vierra pasti tengah menangis di sebrang sana, ia merasa bersalah atas itu.

"Papa belum bisa pulang sayang, Papa masih ada kerjaan disini Vie." jawan Alvian dengan sabar.

"Kalo gitu Papa gak kangen sama kita semua, Papa aja gak mau pulang, hikss...." terdengar suara isak tangis dari sana.

"Papa ayo pulang, Vie kangen Papa, Vie mau peluk Papa!" pinta Vierra kecil di sela-sela tangisnya.

Love is a Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang