____________________
Aku disini, selalu ada untuk kamu.
Kemarilah, dan peluk aku.
____Steve Fernandez____Happy Reading~♥~
Vierra turun dari motor ninja milik Steve, pikirannya sudah buyar, hanya satu tujuannya saat ini UGD.
"Makasih ya Steve udah mau anterin gue, lo sekarang balik ke sekolah ya."
"Gak ah males gue."
"Steve, balik ke sekolah, kalau nggak-" baru saja Vierra ingin mengancam Steve, tetapi Steve sudah memotong duluan.
"Okey, iya gue balik, kalau ada apa-apa kabarij gue. Bye." setelahnya Vierra langsung berlari ke dalam gedung rumah sakit.
Steve yang nakal pun menyeringai, ia memarkirkan motornya, turun dari motor itu dan masuk ke gedung itu mengikuti Vierra.
Langkahnya terhenti saat melihat seorang perempuan yang diam saja menatap kedua sejoli yang terlihat berpelukan di depan ruang UGD. Steve berhenti beberapa meter di belakang Vierra.
"Apa, Kanker?" teriakan Vierra berhasil membuat Steve kaget.
'Siapa yang sakit kanker? Vierra kenapa?' tanya Steve dalam hatinya.
Detik setelahnya ia melihat secara langsung pertengkaran antar Vierra dan Ibunya.
Iya, Steve melihatnya.
Steve segera bersembunyi di balik tembok, saat Vierra memutar balikkan tubuhnya sambil menangis, setelah itu Steve mengikuti arah langkah Vierra yang sepertinya menuju taman rumah sakit.
¤¤¤
Vierra sudah berkali-kali menghapus air matanya dengan punggung tangannya namun air mata itu tidak kunjung berhenti menetes.
Tatapan Vierra kosong, tapi matanya terus menangis.
Kecewa.
Marah.
Sedih.
Kesal.
Semua bercampur aduk menjadi satu memenuhi isi pikiran Vierra.
"Kenapa? Disaat gue peduli tapi gak ada satu yang percaya kalau gue benar-benar peduli."
Steve melihat bahu Vierra yang bergoncang, ia mendekati Vierra.
"Nih." Steve menyerahkan sapu tangan berwarna merah kepada Vierra. "Ambil dan pakai."
Vierra menengok ke sumber suara dan kaget melihat Steve berdiri di dekatnya, perempuan itu segera menghapus air matanya dan berusaha mengubah raut wajahnya menjadi biasa saja.
"Kok lo bisa disini?"
"Bisalah."
"Kan tadi gue suruh balik ke sekolah, Steve."
"Kan udah gue bilang gue males, Vie," ucap Steve meniru gaya bicara Vierra.
"Dasar pemalas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is a Dream [END]
Teen FictionSUDAH END, PROSES REVISI. --- Rasa bersalah, penyesalan dan kehilangan. Ketiga hal itu tidak pernah absen menghantui kehidupan seorang Vierra Jovanka "Pergi dari rumah ini, anak pembawa sial" Vierra takut sepi, Vierra takut gelap. Namun kenapa oran...