"Bisakah kamu kembali sebentar? Aku hanya ingin mengubah semua yang salah. Bisakah kamu ada disini untuk yang kedua kalinya? Aku hanya ingin melihatmu lagi."
***
Happy Reading!
Mata Vera perlahan terbuka, penglihatan yang awalnya buram sekarang sudah terlihat dengan jelas. Vera menatap ibunya yang mengeluarkan air mata, gadis manis itu tersenyum menatap ibunya sambil menghapus airmata Kania.
"Mama jangan nangis." itulah kalimat pertama yang Vera ucapkan setelah siuman.
Mendengar itu Kania malah semakin menangis, kenapa rasanya sakit sekali saat Vera berucap seperti itu. Rasanya yang bicara begitu adalah Vierra.
"Ma?" panggil Vera yang masih sangat lemah.
Kania menghapus airmatanya, "iya sayang kenapa?"
"Mama kenapa nangis? Vera gak apa-apa kok."
Kania tersenyum sendu, lalu mengusap rambut anaknya. "Gak ada yang sakit lagi sayang?" tanya Kania dan Vera hanya menggeleng.
"Tapi dada Vera yang bekas oprasi sakit dikit Ma, kayak ada yang nekan gitu."
"Iya, soalnya luka kamu belum kering."
"Haus Ma."
"Belum boleh minum sayang, nanti ya, 1 jam lagi udah boleh kok minum dikit-dikit."
"Yang lain mana Ma? Kenapa cuma Mama aja?"
"Sekarang kan Weekday, yang lain ya lagi ngelakuin aktivitasnya masing-masing," jawab Kania berusaha santai padahal ia ingin menangis saat itu juga.
Hari dimana Vera siuman dari pengaruh obat biusnya adalah hari yang sama dimana Vierra dikebumikan. Hari yang tidak tau harus ditanggapi dengan perasaan senang atau sedih.
"Oh iya Ma," perkataan Vera membuat Kania kembali menampilkan senyum nya lalu menatap Vera. "Ada apa sayang?"
"Vera belum cerita soal ini ke Mama."
"Apa tuh?"
"Vera baikan sama Vie."
Deg.
Ya Tuhan, kenapa rasanya sakit sekali? Vera akan terluka saat mengetahui kabar bahwa Vierra telah tiada.
Sekali lagi, Kania menatap wajah anaknya dengan senyuman. "Oh ya? Bagus dong, Mama juga udah minta maaf sama Vierra."
Bohong. Bahkan untuk kembali memeluk anaknya itu setelah 10 tahun bersikap kejam Kania tidak sempat. Perempuan paruh baya itu tidak sempat mengucapkan kata maaf dan terimakasih, Kania tidak sempat membuat anaknya itu bahagia di akhir hidupnya. Bahkan di hari terakhir anaknya ada di dunia, Kania tidak ada disana.
"Mama ke toilet dulu ya." Kania tidak tahan menahan tangis, ia keluar ruangan Vera dan ke toilet yang ada di rumah sakit itu. Padahal di ruangan Vera terdapat toilet, tapi kenapa Kania pergi ke toilet luar?
Kania menangis di dalam toilet, ia mengingat kembali betapa kejam dirinya pada Vierra.
"Kamu bukan anak saya, anak saya udah mati sejak 9 tahun lalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is a Dream [END]
Fiksi RemajaSUDAH END, PROSES REVISI. --- Rasa bersalah, penyesalan dan kehilangan. Ketiga hal itu tidak pernah absen menghantui kehidupan seorang Vierra Jovanka "Pergi dari rumah ini, anak pembawa sial" Vierra takut sepi, Vierra takut gelap. Namun kenapa oran...