CHAP 23 - KEHANGATAN

51 7 1
                                    




"Lo masih disini?" tanya Kiev, ia merasa kasihan melihat teman yang memiliki wajah bak dewa yunani itu sedang terpuruk. Yaa.. Kiev mengakui bahwa Hyades memang lebih tampan darinya. Entah mengapa Hyades seperti ini, akan tetapi satu hal yang Kiev tahu bahwa orang yang telah membuat Hyades sampai seperti ini pasti bukan orang biasa.

Krik Krik Krik

Tidak ada jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan Kiev, sepertinya Hyades memang sedang tidak ingin diajak berbicara. Tapi bila dipikirkan kembali, sejak kapan Hyades suka diajak berbicara?

"Bukannya tadi kita mau cari Qilla ya?" tanya Kiev sadar bahwa ada sesuatu hal yang sedari tadi terus mengganjal di hatinya.

"OHHH IYAA," teriak Faren, ia baru ingat bahwa Qilla tidak ada di kamarnya.

"Lo tau gak Qilla dimana? soalnya tadi kita udah cari di ruangannya terus gak ketemu, lo tau gak dia ada di ruangan mana?" cerocos Kiev.

Hyades terdiam sejenak kemudian berdiri dan melangkahkan kakinya ke nakas di sebelah ranjang Qilla.

Ia mengambil surat yang berada di nakas tersebut kemudian memberikannya kepada Kiev dan Faren.

"Dari Qilla," ucap Hyades datar.

Sementara kedua orang tersebut saling menatap bingung akan tindakan Hyades yang tidak dapat mereka pahami. Mengapa Qilla memberikan mereka surat? aneh sekali.

Kiev memiliki rasa penasaran yang sangat tinggi, tanpa ada rasa keraguan langsung membuka surat tersebut. Faren yang melihat hal itu, ikut membuka surat yang diberikan oleh Hyades dengan rasa penasaran. Mereka membaca setiap kata yang tertera di dalam surat tersebut dengan seksama, tidak ingin melewatkan satu kata pun.

"Qilla pe-pergi?" tanya Faren dengan mata berkaca-kaca, tidak kuara menahan air mata yang sebentar lagi aka melunjur bebas.

"Kok dia gak kasih tau kita dulu?" tanya Kiev lesu. Kalau saja ia tahu Qilla akan pergi, ia tidak akan sering bertengkar dengan Qilla dan memilih menghabiskan waktu untuk sahabatnya itu. Yaa walaupun mereka sering sekali bertengkar, akan tetapi Kiev sudah menganggap Qilla sebagai saudara kandungnya sendiri. Jadi, wajar saja bila mereka sering bertengkar.

Faren melangkahkan kakinya perlahan ke ranjang Qilla kemudian duduk diatasnya, ia mengingat kembali awal pertemuan mereka. Qilla adalah teman pertamanya dan sekarang Qilla pergi, teman satu-satunya yang ia miliki. Faren sudah tidak memiliki teman lagi. Sepertinya ia memang pantas untuk hidup sendiri, tanpa ada teman dan keluarga.

"Gue takut gak akan pernah ketemu Qilla lagi" ucap Faren dengan keadaan kacau.

Hiks Hiks Hiks

Faren menangisi kebodohannya karena ia sempat merasa iri dan cemburu terhadap Qilla, padahal Qilla selalu memperlakukannya dengan baik. Ia mengakui bahwa dirinya memang egois, sekarang Faren sadar mengapa ia tidak memiliki teman.

Ada seseorang yang menepuk bahu Faren pelan, cewek berambut blonde tersebut menoleh ke orang yang menepuk bahunya.

"Qilla pasti pulang," ucap sosok tersebut dingin. Faren hanya tersenyum kecil berusaha menetralkan rasa kagetnya, bagaimana tidak? pasalnya Hyades sangat anti disentuh oleh orang lain dan saat ini Hyades menyentuh bahunya. Untung saja semalam ia sudah mandi 7 kembang dan sepertinya ia tidak tidak akan mencuci bahunya untuk waktu yang lama.

I will find her, ucap seseorang sambil menatap tajam ke arah surat yang berada di atas tangannya.

"Iya, gue juga yakin Qilla pasti balik lagi kesini. Dia kan gak bisa jauh-jauh dari gue," ucap Kiev pede, sifat Kiev yang satu ini memang tidak pernah hilang.

RAQILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang