Hari pertama perlombaan telah resmi dimulai, Qilla dan teman-temannya mulai menjalankan rencana. Para siswa/i berbondong-bondong menuju kelas masing-masing sebab beberapa menit lagi kelas pertama akan dimulai.Tahun ini, banyak sekali siswa/i yang memilih Computer Science and Information Technology sebagai kelas yang dituju. Itu semua bukan karena mereka memang benar-benar ingin belajar mengenai teknologi akan tetapi ada seorang siswa jenius yang membuat mereka memilih kelas tersebut. Siapa lagi kalau bukan Hyades? dan anehnya Divinity School menjadi pilihan kedua terbanyak yang diminati oleh siswa/i tahun ini. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya, entah apa yang mereka cari di kelas itu.
"Anjir rame banget," gerutu Hazel melihat sekelilingnya.
Ketiga gadis cantik itu memilih tempat duduk paling belakang dekat jendela, tentu saja agar keberadaan mereka tidak disadari oleh siswa/i lain.
"Liat noh ada si nenek lampir sama antek-anteknya," ucap Cella sambil terus melihat gadis berambut blonde yang lewat di hadapannya.
"Nyesel gue ikutin Qilla," lanjutnya dengan suara pelan, namun Qilla tetap dapat mendengar suara Cella. Jangan lupakan telinga sensitif Qilla.
"Katanya kelas ini banyak cogan woi sumpah," ucap Hazel antusias, Hazel si pemburu cogan. Itu adalah julukan yang cocok untuk Hazel.
"Gak jadi nyesel deh hehehe," ucap Cella cengengesan, kurang lebih sifat Cella 11 12 dengan Hazel. Jadi tidak mengherankan lagi bahwa mereka memiliki kelakuan yang hampir sama. Duo peminat cogan.
OH MYY GOSHH ITU HYADES
ASTAGAA BISA SEKELAS SAMA HYADESSS
AAAAAAAA
GANTENG BANGET YA TUHAN
Siapa lagi yang dapat membuat keributan semacam itu? tentu saja Hyades. Yaa itu adalah Hyades, si jenius teknologi. Tapi kali ini Hyades tidak datang sendiri, melainkan ada seorang pria yang berdiri disampingnya sambil membawa sebuah buku. Pria itu terlihat sudah berumur dengan kaca mata yang bertengger di hidungnya.
Hyades melangkahkan kakinya menuju mimbar mengikuti pria tersebut tanpa memperdulikan teriakan dari kaum hawa yang memekakkan telinganya. Ia melihat seorang gadis cantik sedang duduk di kursi paling belakang sambil menggunakan headset yang terpasang di telinganya. Gadis itu terlihat bersenandung ria, asik dengan dunianya sendiri tanpa terganggu dengan keributan di sekelilingnya.
"Morning class, perkenalkan saya Prof.Snape yang mengajar dalam bidang pemograman," ucapnya memperkenalkan diri.
"Tapi hari ini bukan saya yang akan mengajar melainkan pria tampan yang berada di sebelah saya ini. Saya yakin kalian semua sudah mengenal pria ini, wajahnya mirip sekali dengan saya ketika masih muda," lanjut pria tua itu.
"Mirip dari hongkong, beda jauh anjir," bisik Hazel kepada kedua temannya, sementara Cella hanya cekikikan geli mendengar perkataan Hazel. Tidak dengan Qilla yang sedari tadi asik dengan dunianya sendiri.
"Baik, Hyades silahkan dimulai," ucap Prof.Snape mempersilahkan Hyades untuk memulai pelajaran, Hyades hanya mengangguk pertanda sebentar lagi kelas akan dimulai.
"Saya tidak ingin ada yang berbicara selama kelas berlangsung," ujar Hyades tegas, penuh penekanan. Ia paling tidak suka seseorang yang tidak mendengarkan pelajaran yang ia berikan. Menurutnya itu adalah suatu tindakan tidak terpuji.
"What is the meaning of programming?" tanya Hyades, seharusnya jika memang mereka benar-benar serius ingin belajar mengenai teknologi. Pertanyaan basic seperti itu dapat dengan mudah mereka jawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAQILLA
RomanceUPLOAD SETIAP HARI!! - Raqilla Sequoia Aurora Rossler - seorang gadis cantik bak dewi yunani, rambut coklat, mata sebiru lautan siapapun yang melihatnya pasti terpesona akan kecantikannya. Akan tetapi, kehidupannya tidak semulus kedengarannya. Perci...