Hari berganti hari, tak terasa hari ini adalah hari terakhir Qilla berada di kelas Computer Science and Information Technology dan besok adalah test penentuan kelas yang akan mendapat peringkat tertinggi."Hari ini adalah hari terakhir kalian berada di kelas ini, jadi saya ingin menguji sejauh mana pemahaman kalian," ucap Prof.Snape, seluruh siswa menatap pria tua itu dengan tatapan cemas. Pasalnya mereka sering mendengar kabar bahwa Prof.Snape merupakan orang yang sangat sulit untuk dihadapi, bahkan ada beberapa siswa yang menangis akibat pertanyaan tidak manusiawi yang diberikan oleh Prof.Snape.
"Mampus gue," ucap Hazel bergidik ngeri.
"Anjir gue kabur deh," ujar Cella beranjak dari kursinya kemudian menunduk agar tidak terlihat oleh Prof.Snape. Namun tiba-tiba...
Seseorang memegang pundak Cella, "Duduk,"ujarnya tegas. Cella memutar tubuhnya perlahan, ia merasakan firasat buruk. Cella menghembuskan nafasnya lega, ternyata orang orang yang telah memegang pundak Cella adalah Qilla.
"Kamu! maju," ucap Prof.Snape menunjuk seorang gadis yang berada di barisan paling depan.
"Sa-saya?"ucap Faren, gadis yang ditunjuk oleh Prof.Snape.
Faren berjalan perlahan ke arah Prof.Snape, saat ini ia merasa sangat takut. Tubuhnya gemetar, keringat dingin membasahi dahinya. Gadis itu menatap kedua temannya meminta pertolongan namun tidak ada yang ingin membantunya. Tamat sudah riwayatnya.
"Saya akan memberikan sebuah rangkaian pemograman dan ada beberapa syntax yang salah. Oleh karena itu, progam tersebut tidak dapat berjalan. Saya ingin kamu mencari kesalahan dari program ini," jelas Prof.Snape.
"I-i-iya Prof," ucap Faren terbata-bata, ia bingung apa yang harus ia lakukan sekarang.
Di hadapan Faren saat ini, terdapat sebuah layar komputer yang dipenuhi dengan tulisan-tulisan abstrak yang bahkan tidak dapat ia baca. Lantas bagaimana ia dapat mengetahui mana yang salah? Oh Tuhan bantulah hamba. Kirimkan seorang malaikat yang dapat membantu hambamu ini, hamba janji setelah ini hamba tidak akan berbuat jahat lagi. Doa Faren dalam hati. Ia tahu walaupun doa itu akan sia-sia, namun tidak ada salahnya mencoba. Gadis itu menghembuskan nafasnya pasrah.
"Prof," ucap seorang gadis mengangkat tangan.
"Ada apa?" tanya Prof.Snape.
"Saya mau coba menyelesaikan soal itu," ucap gadis itu, tidak ada keraguan disana.
Sementara seisi kelas menatap Qilla kaget, pasalnya mereka semua berusaha menghindari soal tersebut. Namun, Qilla justru mengajukan diri. Apakah gadis itu sudah gila? apakah ia tidak tahu bahwa soal yang diberikan oleh Prof.Snape pasti sangat sangat sulit?
"Baiklah baiklah," ucap Prof.Snape tersenyum senang, ia sangat menyukai jiwa ambisius seperti ini. Hal itu mengingatkan dirinya ketika ia masih muda dulu.
"Kamu silahkan duduk," ucap Prof.Snape kepada Faren. Sementara Faren menatap Qilla dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Apakah Qilla melakukan ini semua untuk dirinya?
"Karena kamu mengajukan diri untuk mengerjakan soal itu, saya akan mengganti soal tersebut dengan tingkat yang lebih sulit. Apakah kamu siap? atau kamu merasa menyesal telah mengajukan diri?" tanya Prof.Snape kepada Qilla. Ia ingin menguji sejauh mana gadis bertubuh mungil itu dapat bertahan. Jarang sekali menemukan murid seperti ini.
"Saya siap Prof!" ucap Qilla lantang, ia yakin dengan kemampuan yang dimilikinya. Tatapan kagum mengarah kepada gadis itu.
Prof.Snape tersenyum kecil kemudian mengotak-atik komputer tersebut, "sama seperti sebelumnya, kamu perlu mencari sesuatu yang salah dengan program ini" ucap Prof.Snape.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAQILLA
RomanceUPLOAD SETIAP HARI!! - Raqilla Sequoia Aurora Rossler - seorang gadis cantik bak dewi yunani, rambut coklat, mata sebiru lautan siapapun yang melihatnya pasti terpesona akan kecantikannya. Akan tetapi, kehidupannya tidak semulus kedengarannya. Perci...