Qilla mengalihkan pandangannya ke arah Kiev yang saat ini sudah tercengang kaget akan apa yang dilakukan Hyades, pasalnya selama ini Hyades tidak pernah selembut ini terhadap wanita. Bahkan beberapa orang mengira bahwa Hyades itu penyuka sesama jenis. Akan tetapi, hari ini Hyades membuktikan bahwa hal itu salah."Udah kali tatap-tatapannya, jiwa jombloku meronta-ronta," goda salah satu teman Hyades yang memiliki rambut pirang, sebut saja namanya Kezio.
Hyadea menarik tangan Qilla tanpa aba-aba sehingga meninggalkan Kiev, Kezio dan Varo disana dalam posisi terpukau melihat sikap Hyades yang satu ini. Tak lupa mereka merutuki Hyades di dalam hati yang dengan tidak tahu dirinya meninggalkan temannya sendiri. Memang teman laknat, tidak setia kawan, untung ganteng. Kalau tidak, sudah mereka hajar sampai babak belur. Itupun kalau mereka berani, melihat muka Hyades saja mereka sudah lari terbirit-birit. Apalagi untuk menyentuh Hyades, lebih baik mereka mengerjakan soal matematika 100 nomor daripada disuruh berhadapan dengan Hyades. Bisa mati ditempat.
"Lo mau bawa gue kemana?" ucap Qilla kesal melihat sikat Hyades yang dengan seenak jidatnya menarik tangan Qilla.
"Woi, kalo orang nanya itu dijawab," lanjut Qilla tambah kesal.
"Lepasin tangan gue, SAKITT ANJIR!" teriak Qilla. Sejujurnya ia tidak berani membentak Hyades akan tetapi, saat ini ia sedang dalam posisi kesal. Udah tadi baju dibasahin sama cewek aneh, sekarang tangannya ditarik dengan kasar. Sial sekali dirinya hari ini.
Hyades berhenti sejenak, kemudian membalikkan badannya melihat Qilla dengan tatapan tajam mengintimidasi. Qilla yang melihat hal itupun menjadi takut, seharusnya tadi ia tidak mengeluarkan kata-kata kasar itu.
Pria bermata biru itu melepaskan genggaman tangannya kemudian berjalan meninggalkan Qilla seorang diri.
WHATT?! GITU DOANG
ANEHH BANGET ANJIR
ARGHH STRESS GUE LAMA-LAMA
Seperti itulah umpatan Qilla di dalam hati, ia pikir Hyades akan melakukan hal yang tidak-tidak kepada dirinya. Ternyata ia malah meninggalkan Qilla, apakah Hyades marah? bagaimana jika ia marah? apa yang harus Qilla lakukan? ahhh sangat sulit menebak isi hati Hyades.
Apakah ia perlu meminta maaf kepada Hyades? tapi masa gue minta maaf? gengsi anjir. Ah elah pusing, tapi kan ini memang salahnya. Ya Tuhan berilah hamba pencerahan.
Qilla memutuskan untuk kembali ke kelasnya dengan perasaan gundah. Sesampainya di kelas, ia melihat Kiev duduk di kursi kebesarannya sambil menatap dirinya intens. Sepertinya Kiev menunggu penjelasan darinya.
"Ha-" ucap Qilla ingin menyapa Kiev. Belum selesai ia mengucapkan satu kata, Kiev sudah memotong perkataannya.
"Lo tadi kemana aja?"
"Ngapain aja tadi lo?"
"Gak diapa-apain kan sama Hyades?" tanya Kiev secara terus menerus.
"Buset nanya satu-satu napa sih? gile lo, gue udah berasa kayak buronan," ucap Qilla.
"Cepetan jawab nyett," ucap Kiev penasaran.
"Gak ngapa-ngapain," ucap Qilla menjawab dengan santai.
"Serius anjir," ucap Kiev kesal melihat sikap Qilla yang kelewat santai, padahal sedari tadi ia khawatir dengan keadaan Qilla. Akan tetapi, setelah melihat Qilla yang datang dengan santai tanpa ada beban seperti ini, Kiev menjadi kesal sendiri. Tahu gitu ia tidak perlu khawatir berlebihan, toh tidak terjadi apa-apa.
"Tapi-" ucap Qilla.
"Tapi apaan," ucap Kiev memotong perkataan Qilla kembali.
"Gue belum kelar ngomong, udah lo potong," ujar Qilla kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAQILLA
RomanceUPLOAD SETIAP HARI!! - Raqilla Sequoia Aurora Rossler - seorang gadis cantik bak dewi yunani, rambut coklat, mata sebiru lautan siapapun yang melihatnya pasti terpesona akan kecantikannya. Akan tetapi, kehidupannya tidak semulus kedengarannya. Perci...