.
.Brak!
Pintu ruangan Seokjin dibuka dengan kasar. Memunculkan remaja yang bahkan masih menggunakan seragam sekolahnya. Wajah panik dan nafas terengahnya menggambarkan semua ketakutannya.
"Paman,," lirihnya.
Seokjin menatap penuh amarah sosok itu. Langkahnya mulai maju untuk mendekatinya. Membuat remaja yang tengah menatapnya semakin takut. Terlebih, barang yang di carinya kini tepat berada di tangan seorang yang diharapkannya takkan pernah menemukan benda itu.
Flashback
Canhyun tengah bermain dengan Minwoo di ruangan Seokjin karena ibunya tengah meeting dengan beberapa client penting menggantikan Seokjin.
"Hyung,, beli eskim yuk" ajak Minwoo tiba-tiba. Sepertinya anak itu haus dan ingin yang segar-segar setelah berlari.
"Oke. Tapi satu cup saja yah" peringat Canhyun pada Minwoo yang hanya mengangguk patuh
"Oke" Canhyun merogoh sakunya, berharap menemukan lembaran Won disana.
"Dimana yah?" Tanyanya lalu menatap tasnya.
"Nah, ini dia" senangnya setelah menemukan beberapa lembar won disana.
Tanpa babibu remaja itu segara meraih tangan sang adik dan menyingkap sebelah tas ranselnya di bahu. Berjalan keluar tanpa menyadari ada sesuatu yang telah terjatuh dari sana.
Kini dua kakak beradik itu sedang menikmati es krim mereka di taman kota dekat perusahaan. Keduanya nampak menikmati masing-masing es krimnya dengan khidmat. Hingga panggilan sang ibu yang mengajaknya pulang baru mereka beranjak dari sana.
"Hah!" Canhyun merebahkan tubuhnya di kasur. Dia baru tiba beberapa menit yang lalu setelah menemani sang ibu belanja terlebih dahulu.
Asik bergelung dengan gulingnya, otaknya mengingat sesuatu yang akhir-akhir ini menjadi kebiasaannya. Yah, dia lupa menulis buku hariannya. Tadi dia ingin mulai menulis saat di ruangan Seokjin. Tapi karena sang adik yang mendadak meminta ice cream membuatnya harus mengurungkan niatnya.
Canhyun membuka tasnya. Mencoba mencari buku biru yang sangat familiar di matanya. Namun nihil, buku itu tak ada. Di acaknya tas itu. Bahkan sampai menumpahkan semua isinya. Namun sama saja. Tak ada buku biru disana.
Canhyun kalut, dia tak bisa berfikir jernih sekarang. Jika saja buku diary itu berisi tentang hal manis yang dialaminya setiap hari seperti orang lain mungkin dirinya takkan sepanik ini. Yah, mungkin Canhyun juga menulis hal manis disana. Tapi sayang, hal manis Canhyun berbeda dengan orang-orang lainnya. Hingga tiba-tiba satu tempat terlintas di benaknya.
"Tidak" lirihnya sebelum segera melompat dari kasurnya dan menuju suatu tempat.
.
.Canhyun berlari melewati bangunan luas itu. Meninggalkan sang ibu yang sibuk memanggilnya namun tak di hiraukan. Bahkan saat dirinya lebih memilih menaiki tangga darurat karena dirinya tak sabar menanti lift. Saat ini hanya satu harapannya. Tiba di tempat tujuan sebelum semuanya kacau.
Namun sayang, dirinya terlambat.
Flashback off.
Plak!
Bora yang baru masuk langsung membungkam mulutnya saat tangan itu mendarat kasar di pipi sang anak.
Plak!
"Apa yang kau lakukan!"
Lagi, Seokjin kembali menampar keras wajah Canhyun yang hanya bisa terpaku menahan rasa panas di pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time For The Moonlight (Slow Up)
Fanfiction"Hanya waktu dan cahaya bulan. Sangat sederhana dan jauh dari kata sulit. Tapi kenapa kami bahkan tak mampu memberikannya?"