"38"

663 123 30
                                    

.
.

Kosong dan sepi. Itulah yang dirasakan Taehyung saat kembali membuka mata dari tidurnya pagi ini.
Dia kembali, kembali kerumahnya yang dulu sangat nyaman dan tak ingin di tinggalkannya. Jauh berbeda dari sekarang, dimana dirinya sangat ingin pergi jauh dari rumah dan keluarganya. Keluarganya? Tidak, dia ingin selalu bersama mereka. Tapi, keluarganya seolah tak ingin menerimanya dan bersamanya.

"Hah,," Taehyung membuang nafasnya berat sebelum beranjak untuk memulai harinya.

Seperti saat ini, Taehyung menuruni tangga. Rambutnya masih basah karena sisa keramas mandi pagi tadi. Dilihatnya Namjoon dan Seokjin yang tengah menikmati sarapannya. Yah, tanpa dirinya. Lagi, Taehyung sudah terbiasa melihatnya. Namun hatinya masih tetap tak bisa terbiasa untuk semua itu.

Tak!

Taehyung cukup tersentak saat tiba-tiba Seokjin meletakkan sumpitnya di meja makan. Oh bukan, tapi itu malah lebih terlihat seperti Seokjin membanting alat makannya itu.

"Kenapa appa?" Tanya Namjoon heran. Yah, posisi Namjoon ini membelakangi Taehyung dan menghadap Seokjin. Jadi dia tidak tahu jika Taehyung datang.

Seokjin tak menjawab, ayah dua anak itu lebih memilih bangkit untuk meninggalkan meja makan

"Loh,,," dan Seokjin berlalu. Membuat Namjoon mengikuti arah langkah Seokjin dan mendapati Taehyung disana. Yah, alasan Seokjin beranjak.

"Ck!" Decih Namjoon sebelum beranjak menyusul sang ayah. Meninggalkan Taehyung yang tengah menunduk tak berani menatap wajah keluarganya itu.

"Jika aku mengganggu acara makan pagi kalian. Harusnya bilang, agar aku tak perlu muncul" gumamnya pilu.






























🍃🍃🍃

Semilir angin kembali menyapa, menyapu surai dan seakan mengelus lembut wajah cerah yang kini kian memucat dan tirus.

"Eomma,,, sepertinya sekarang aku terlihat menjijikkan dimata mereka. Bahkan mereka tak mau melihatku" senyumnya miris.

Sakit, sungguh. Kenapa? Kenapa kebahagiaan enggan menemuinya? Baru saja kemarin dia merasakan kebahagiaan. Tapi semua itu kembali di renggut dan musnah. Hatinya semakin sakit saat ingatan tentang Gayon menyapa. Meski singkat, tapi wanita itu sudah baik dan memberikannya pelukan hangat serta rumah yang tak pernah didapatkannya. Terutama membuatnya merasakan bagaimana hangatnya pelukan sang ibu. Dan juga, meskipun telah tersakiti tapi Taehyung tak membenci Gayon. Karena apa? Entahlah, bahkan Taehyung tak tahu.

Dia fikir dirinya bisa terus mendapatkannya. Tapi salah, dan dia menyesal sudah berfikir terlalu jauh. Karena kenyataannya, sekarang dia kehilangan semuanya. Bukan dalam waktu yang lama, namun dalam waktu sekejab. Sangat singkat hingga dia fikir semuanya adalah mimpi. Mimpi yang sangat buruk. Yah, meskipun awalnya terasa indah.

Taehyung tersenyum pilu. Hidupnya sungguh terasa menyedihkan saat ini.

"Tidak ada lagi yang bisa ku percaya eomma" lirihnya.























































Beberapa Bulan Kemudian..

Tidak ada yang berubah, kecuali keadaan yang semakin memburuk.
Taehyung masih tinggal bersama keluarganya. Yah, tapi hanya sekedar tinggal. Karena kakak dan ayahnya sama sekali tak ingin melihatnya. Sejak kejadian itu,,, Jangankan melihat, untuk sekedar berpapasan atau menatapnya saja mereka sepertinya tak sudi. Bagaimana nasib Taehyung? Jauh dari kata baik dan sangat-sangat dekat dengan kata buruk.

Time For The Moonlight (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang