.
.Warning!
2k words more
.
.Namjoon menatap seram sosok yang baru saja merengkuhnya. Tentu saja, kau berada di makam sendirian. Dan tiba-tiba ada yang berbicara di dekatmu. Bukan hanya itu, dia bahkan memelukmu. Siapa yang tidak akan merasa seram dan takut?
Well back!
Mata merah itu membulat sempurna. Kilauan itu menampakkan kemarahan dan kecewa.
"Maafkan aku" ujarnya.
Srak!
Namjoon menghempas kasar rengkuhan itu. Bangkit dan menatap marah seorang itu.
"Kenapa kau kesini? Ingin memastikan yang kau lakukan bukanlah mimpi bibi Gayon?!" Amuk Namjoon pada Gayon yang kini menatapnya penuh kesedihan.
"Kau wanita jahat! Kenapa kau masih hidup di dunia ini setelah perbuatanmu hah!" Lanjut Namjoon lagi. Kilatan amarah semakin terpancar di wajahnya yang nampak merah dan di penuhi air mata.
Gayon menunduk, bahunya bergetar menandakan wanita itu tengah menangis sekarang.
"Heh! Kenapa kau menangis? Kau menyesal atau apa!" Ejek Namjoon menatapnya dengan tawa mengejek.
"Maafkan aku-"
"MAAFMU TIDAK AKAN MENGHIDUPKAN EOMMAKU KEMBALI BI!"
"Eommaku akan tetap tertidur di rumah Tuhan" lanjutnya sendu. Membuat Gayon semakin tersedu didalam tangisannya.
Jika di tanya dirinya menyesal? Jawabannya adalah setelah kejadian salah paham itu tak pernah ada sehari bahkan sedetikpun didalam hidupnya tanpa ada rasa menyesal. Dia menyesali semuanya. Bahkan terkadang dirinya akan menangis dan menatap benci dirinya sendiri. Dia merasa jijik pada dirinya. Bahkan yang dia lihat bukanlah dirinya. Melainkan monster mengerikan yang telah membunuh sahabatnya yang berhati malaikat.
Gayon bangkit dan segera meraih tubuh yang lebih tinggi darinya itu. Memeluknya meskipun pemuda itu sangat membencinya. Dia tak perduli, yang sekarang di fikirkannya hanyalah agar pemuda itu dapat tenang dan tak semakin dalam menyakiti dirinya dengan tangisan. Hingga di beberapa menit kemudian, tangisan Namjoon mulai reda. Bahkan tanpa sadar pemuda itu membalas pelukan Gayon yang sejujurnya terasa hangat baginya.
"Kenapa? Kenapa bibi melakukannya?" Gumamnya dibahu sempit itu.
"Katakan jika itu tidak benar"
"Maafkan aku" ujarnya lagi yang kembali berhasil membuat Namjoon meneteskan air matanya.
.
.Kelopak indah yang mulai menghitam itu mulai mengerjap. Perlahan, hingga terbuka sempurna. Menampakkan manik cokelat indah yang pastinya sangat dirindukan semua orang.
"Oh, kau sudah sadar?" Tanya seorang suster yang kebetulan tengah memeriksanya.
"Katakan, apa yang kau rasakan? Apakah kepalamu pusing?" Tanyanya yang hanya di balas tatapan kosong.
"Aku dimana?" Tanyanya.
"Kau di Rumah Sakit"
"Sebentar. Aku akan menghubungi keluargamu" dan suster itu segera berlalu. Meninggalkan Taehyung yang masih berusaha mencerna situasi.
Hingga beberapa menit kemudian beberapa orang telah memenuhi ruangan itu. Ada yang menangis haru, dan ada yang sudah memeluknya dengan tersedu.
"Hiks,, anak nakal. Bagaimana bisa membuat eomma menunggu selama ini eoh?" Isak Minah yang kini memeluk Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time For The Moonlight (Slow Up)
Fanfic"Hanya waktu dan cahaya bulan. Sangat sederhana dan jauh dari kata sulit. Tapi kenapa kami bahkan tak mampu memberikannya?"