Sebuah Seluet

1.5K 160 10
                                    

🥀🥀🥀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥀🥀🥀

Author POV...

Bel istirahat telah berbunyi, Tio saat ini sedang berjalan menuju kantin.

Sebenarnya Tio ingin mengunjungi Mommy-nya, namun ia diganggu oleh sekumpulan kecebon- murid-murid yang penasaran akan yang terjadi padanya tadi pagi.

"Tio, siapa yang mengantarmu tadi pagi?"

"Ajigeleee Tio di anterin pake mobil mewah cuyyy"

"Tio, Lo anak orang kaya ya ternyata"

Banyak lagi yang mereka katakan membuat Tio menjadi ilfeel dan mendengus lelah.

Sampai ia di tempat duduk pun mereka tetap mengikutinya, sampai dimana bunyi gebrakan meja membuat atensi mereka teralihkan dari Tio.

Brakkk...

"Tio, jawab siapa tu cewek!" Suara cempreng yang di lembut-lembut kan terdengar.

"Entah, apa urusannya sama lo?" Jawab Tio acuh.

"Apa Urusannya? Lo...wah bener-bener ya. Lo udah lupa siapa gue?" Gadis itu membulatkan mata tak percaya akan apa yang dikatakan pria tampan di depannya itu.

"Mungkin" ucap Tio tidak asal.

Gadis itu menatap tidak percaya ke arah Tio. Pemuda ini benar-benar mencari masalah dengannya, pikir gadis itu.

"Gue tuh anak pengusaha urutan ke-100 di kota ini, yang seharusnya bikin lo sadar diri bahwa Lo bukan apa-apa disini selain sampah!" Ucap gadis itu merendahkan, sambil melipat tangannya ke dada.

Siswa/i yang lain hanya terdiam sambil menikmati pertunjukan di hadapan mereka, tanpa ada niat untuk memisahkan. Bukan karena pengecut, namun mereka takut pada Gadis angkuh itu sekaligus senang karena mendapat tontonan.

Pasti kalian bertanya-tanya, mengapa Tio malah dibuli bukannya menjadi incaran para wanita karena ketampanannya.

Alasannya hanya satu.

Tio miskin!

Hanya itu saja kekurangan Tio, menurut mereka. Jika dipikir-pikir bahkan Tio saja dibilang miskin, bagaimana degan mereka? Apa sebutan yang cocok buat mereka?

"Woy!!! Gue lagi bicara sama lo ya, jangan dianggurin!" Gadis itu semakin geram akan kelakuan Tio yang seakan-akan tidak mempedulikannya. Padahal memang benar!

"Ya" jawab Tio acuh, sambil menyeruput mie-baksonya.

"Lo berani banget ya, rasain lo!" Gadis itu mengangkat tangannya untuk menampar Tio, namun terhenti karena sebuah tangan memegang tangannya.

"Siapa yang..."

"Saya, kenapa?"

Wajah gadis itu menjadi pucat pasi seketika, begitu melihat siapa yang menghentikannya.

TIREYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang