Reynand .M. Mertosono

1.5K 163 2
                                    

Note: untuk bab kali ini author agak ragu, soalnya author lupa udah pernah nulis nama si rey apa belum. Kalo misalnya udah, dan nama rey di sini g sesuai ama yang sebelumnya mohon maapkeun author.

"Aku tidak mengerti mengapa dia menjauhi ku, tapi kenapa aku malah merasa penasaran dengan dia?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tidak mengerti mengapa dia menjauhi ku, tapi kenapa aku malah merasa penasaran dengan dia?"

-Reynand-

🥀🥀🥀

Reynand POV

Hari ini gue berangkat ke sekolah seperti biasanya. Gue adalah anak dari orang biasa, atau bisa dibilang bukan dari kalangan atas. Namun gue cukup bersyukur karena berhasil masuk di sekolah 'elit' dan 'mewah' walau melalui jalur Beasiswa.

Gue itu anak yang 'kata orang' pandai, namun memang begitulah faktanya. Buktinya gue berhasil masuk di Sekolah 'elit' dengan tanpa membayar uang bulanan, yang katanya sangat mahal. Yah walau gue di tempatkan di 'Master Place' yang katanya tempat anak miskin seperti gue, tapi gue tetap bersyukur. Karena dibandingkan sekolah lain sekolah inilah yang paling diincar.

Kenapa? Fasilitasnya saja sangat mewah, ada lapangan basket, lapangan Voli, dan tempat olahraga lainnya.

Kantinnya pun terkesan berkelas, karena hidangannya yang tidak pernah atau jarang gue dapati di rumah. Udang, burger, spaghetti, dan lain-lain.

Pokoknya sekolah ini sangat jauh dari kesan irit, disini semua terkesan Fancy.

Gue di sekolah ini cukup terkenal, maksud gue di 'Master Place'. Karena ketampanan yang gue milikin, gue setiap hari jadi kejaran cewek-cewek.

Dan yang paling sering ngejar gue namanya Sindy. Dia satu-satunya anak yang kaya di 'place' kita.

Dan nggak munafik gue pastilah jadian sama Sindy, dia kaya, cantik, bodi-nya juga bagus. Jadi waktu dia nembak gue, langsung aja deh gue Terima.

Sampai dimana ada anak baru pindahan yang masuk di kelas gue.

Dan sialnya dia ganteng banget, tapi gue cukup lega karena dia miskin. Bisa diliat dari dia yang dateng ke sekolah cuma pake sepeda, atau nggak jalan kaki.

Mulai dari situ Sindy mulai tak acuh sama gue. Dia malah ngedeketin si anak baru itu, yang membuat gue otomatis marah besar, tapi nggak gue perlihatkan. Setidaknya sekarang gue harus membuat image diri gue bagus, dan terkesan tidak peduli padahal jelas-jelas gue marah besar.

Hari ini gue dateng agak terlambat di sekolah, dan gue mulai masuk ke gerbang sekolah. Sampe tiba-tiba ada mobil yang keluar dari gerbang sekolah, yang membuat gue hampir aja memaki yang empunya mobil.

Kaca mobil turun, dan terpampang lah wajah cantik berkali-kali lipat dari Sindy. Wajah yang bak malaikat turun dari surga.

Gue bisa melihat tatapan dia yang kaget, lalu berubah menjadi benci(?) namun nggak bertahan lama lalu menjadi dingin.

TIREYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang