Pertemuan di rumah sakit

650 57 1
                                    

아녕하세요 🥰

Author yang cetar membahana Combek.
Tinggal beberapa chp lagi menuju tamat, author so excited buat nunjukin ke kalian semua akhir cerita ini.

Walau ekhem, cerita ini hanyalah butiran pasir di laut, tapi dengan adanya kalian yang mendukung author itu sudah cukup( '・ω・)

Jadi selamat menikmati detik-detik terakhir dari cerita ini.

Sekarang tebak deh, ending cerita ini :

-Happy ending

-Sad Ending

-Mysterious Ending

-Ngegantung?

Komen di salah satu ending yg kalian inginkan.
Semua itu tergantung kalian guys, buat endingnya sendiri author udah pikirin. Jadi semangat buat nge-vote dan komennya guys...

Happy Reading. Enjoy ...

🥀🥀🥀

Di sebuah ruangan yang minim pencahayaan, duduk seorang wanita dengan rokok di tangannya.

Wanita itu menyesap nikotin itu dengan penuh perasaan, lalu membuangnya secara berlahan menciptakan asap mengebul yang keluar dari mulutnya. Asap yang menggerogoti paru-parunya dan merusaknya.

Di depannya berdiri seorang pria yang berpakaian hitam, wajahnya tidak dikenali karena ia memakai masker dan juga karena ruangan yang gelap. Di ruangan itu hanya terdapat mereka berdua, yang menyebabkan keheningan di kala keduanya hanya terdiam.

Sampai kira-kira 15 menit kemudian sang wanita berhenti menyesap nikotinnya, wanita itu mematikan rokok yang masih setengah lalu membuangnya sembarang.

Tatapan wanita itu penuh dengan kelicikan dan kemisteriusan, membuat orang lain tidak bisa menebak apa yang sedang ia pikirkan atau rencanakan.

"Bagaimana?"

Suara dingin mengalun dari bibir wanita itu, nada merdu namun mampu membuat pria di depannya merasakan dingin di tengkuknya.

"Sudah saya selesaikan dengan baik Nyonya!" jawab pria itu dengan sedikit gugup.

Wanita itu hanya diam, namun beberapa detik kemudian seringai tipis muncul di bibirnya. Tangannya mengayun di udara memerintahkan pria itu untuk keluar. Pria itu yang melihat sinyalnya menunduk lalu keluar dari ruangan tersebut, meninggalkan wanita itu sendirian.

"Selangkah lagi, keluarga kalian akan hancur!" gumam wanita itu lalu tertawa dengan keras, membuat suara tawanya menggema di ruangan yang sepi itu.

***

Tireya menatap ranjang pasien di depannya, dengan tatapan sendu. Masih terbayang diingatannya tentang kabar duka yang berasal dari ibundanya di kehidupan sebelumnya.

Walau ia sudah merubah banyak jalan cerita hidupnya, namun tetap saja yang akan terjadi harus terjadi. Ibundanya kecelakaan dan harus berada di rumah sakit ini, terbaring lemah dengan kondisi tidak sadarkan diri.

Namun ia cukup lega karena bukan kedua orangtuanya yang kecelakaan, setidaknya itu berarti ada perubahan.

Mengingat hal itu, Tiba-tiba saja tatapan Tireya berubah dingin dan penuh dendam.

"Sepertinya aku tau siapa yang membuatmu menjadi seperti ini" gumamnya pelan.

Tangannya mengepal disisi tubuh, wajahnya memancarkan kemarahan yang menumpuk. Ia akan memberikan pembalasan bagi mereka yang telah mencelakai orang terkasih nya.

"Tunggu aja lo Dinda! "

***

Seorang lelaki memasuki pekarangan Rumah sakit.

Penampilan lelaki memakai seragam SMA, memasuki lobby rumah sakit. Sepertinya ada orang yang ingin ia kunjungi disini, Lelaki itu menuju ke tempat resepsionis dan menanyakan kamar yang akan dikunjunginya.

"Terimakasih ya mba" ucap Lelaki itu pada sang resepsionis dengan tersenyum manis.

Dia pun pergi beranjak dari sana. Dan menuju ke arah ruang perawatan.

"Ruangan Mawar, yang ini deh kayaknya" akhirnya lelaki itu pun memasuki ruangan tersebut.

Terlihat ruangan itu diisi oleh 3 tempat tidur, yang dimana terdapat pasien yang sedang berbaring.

Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, dan menemukan apa yang ia cari. Dengan langkah pasti ia berjalan ke tempat sekelompok orang , yang sedang mengelilingi ranjang pasien.

"Selamat siang"suara yang dikeluarkan lelaki itu mengalihkan pandangan semua orang padanya.

" eh, Rey! Akhirnya kamu sampe juga" ucap seorang wanita parubaya mendekati lelaki tersebut, lalu memeluknya.

Rey membalas pelukan wanita parubaya tersebut.

"Iya, bu. Maaf Rey baru dateng sekarang, soalnya tadi masih ada jam pelajaran" jawab Rey pada wanita parubaya itu, sambil melepaskan pelukannya

"Ya sudah gpp. Sana liat bapak kamu dulu" ucap Wanita itu dengan wajah sendu.

Rey dengan patuh mendekati ranjang dan melihat seorang pria parubaya, yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan selang infus tertancap di tangannya, dan alat bantu pernapasan di hidungnya. Pria parubaya itu sedang tidak sadarkan diri.

"Pak, kenapa bisa sampe begini? " gumam Rey dengan wajah sendu.

Wanita parubaya itu adalah Sania. Ibunya Rey, dan pria yang berada di ranjang itu adalah ayahnya Deri.

Rey tadi mendapat kabar bahwa, ayahnya kecelakaan dan tidak sadarkan diri. Begitu mendengarnya Rey langsung pergi ke rumah sakit tersebut, dan menemukan ayahnya dengan situasi yang mengenaskan dan tak sadarkan diri.

***

Tireya keluar dari kamar inap VVIP tersebut dengan tergesa-gesa. Ada yang harus ia lakukan di rumahnya, jadi ia harus pulang. Sekalian menganti baju dan mandi.

Saat di lobby rumah sakit Tireya tidak sengaja menabrak orang, dan alhasil tasnya jatuh bersamaan dengan kantong plastik yang dipegang orang yang ditabrak nya.

"Eh, maaf mas aduh saya gk liat ke depan tadi" ucap Tireya menyesal, ia segera mengambil tasnya dan membantu pria di depannya.

"Oh, gpp mba. Saya juga tadi gk begitu konsentrasi saat jalan jadi gk liat mba" jawab pria itu sambil menunduk.

Tireya yang mendengar hal itu merasa tak enak hati, jadi ia akan menganti saja makanan yang dibawa pria itu.

Namun, saat pria itu mengangkat wajahnya keduanya menjadi terkejut.

"Tireya? "

"Rey?! "

🥀🥀🥀

Allo, apa kabar semua? Gimana puasanya, lancar? Semoga semuanya lancar-lancar aja ya.

El up sekarang buat temenin kalian menanti buka puasa, jadi semoga kalian enjoy dan menikmati kelanjutan cerita ini.

Rencananya sih El bakal double up, tapi nanti pas udah berbuka.

Jadi tetap stay tune ya, jangan lupa Favoritkan supaya kalian dapat notif up cerita dari El.

Sekian, stay healthy all💃

TIREYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang