Siapa yang salah?

209 11 0
                                    

HAPPY READING

***

"Dasar ja*ang sialan!"makinya kepada Tireya, membuat kilatan dingin dimatanya.

"Siapa kau?"

"Aku adalah nona mansion ini!"

***

"Aku tidak mengenalmu"ucap Tireya dengan tidak acuh, ia menatap Mario namun hanya tatapan dingin yang ia dapatkan, sesaat dirinya kecewa. Namun setelah diliat lagi lelaki itu tidak melihat ke arahnya namun ke arah gadis di depannya.

"KAU! APA YANG KAU LAKUKAN DI KAMAR KAK MARIO?" ucap gadis itu berontak dari cengkraman lelaki yang datang bersama dengannya. 

"Casey udah, ayok kita pergi" ucap lelaki yang menahannya, berusaha menarik paksa gadis itu dari sana. Namun bukannya mengikuti gadis itu malah menghempas tangan lelaki itu dengan kasar. 

"Lepaskan aku George. Aku harus mengusir j*lang ini dari sini. Ia berusaha menggoda kakakku dan membuat kakak iparku terluka" ucap gadis itu dengan amarah membara, membuat Tireya yang mendengarnya bingung. Siapa perempuan ini? Setahu ia Mario adalah anak tunggal dan tiba-tiba anak ini datang lalu mengusirnya seperti kotoran.

"Aku tidak mengerti maksudmu, Mario aku pergi. Terima kasih atas keperdulian anda" Tireya pergi dari sana dengan wajah buruknya. Ia merasa dihina jika terus berada disitu, ia tidak peduli sebenarnya namun ia tidak terima dibilang sebagai wanita penggoda. Hell dia masih suci, enak saja dibilang seperti itu.

Mario berusaha menahan Tireya namun tidak jadi, karena ia tahu bahwa gadis itu telah sakit hati duluan pada dirinya. Mungkin kedepannya akan semakin sulit dirinya mendekati gadis pujaannya. Ya dia sudah mengakui bahwa dirinya jatuh terhadap pesona gadis itu. Gadis yang dapat menggerakkan hatinya yang dingin. Seharusnya saat ini dia dan Tireya sedang membuat buah cinta mereka, kalau bukan wanita setan ini merusak segalanya dan membuat Tireya marah sehingga hal yang diharapkannya sedari tadi pupus.

Mario menatap wanita di depannya dengan tatapan dingin, rahangnya mengeras begitu melihat wanita itu menatap dirinya dengan wajah tak bersalah.

" Kak, maaf aku datang terlambat. Wanita itu sudah berhasil mengganggu kakak, tapi tenang saja kak aku akan segera membalasnya." Wanita itu mengatakannya dengan wajah yang dibuat sedih dan suara yang dibuat selembut mungkin dan terkesan menggoda.

" Siapa yang menyuruhmu datang kemari?" Tanya Mario dengan dingin, sambil menatap ke arah wanita itu. Tatapan yang di salah artikan oleh wanita itu yang dikiranya tertarik kepadanya. 

"Aku datang bersama Daddy dan karena aku ingin melihat kakak, apa ada yang terluka kak?" tanya Casey, nama gadis yang sedari tadi menganggu Mario .

"Bawa dia" ucap Mario dingin sambil menatap George yang sedari tadi hanya terdiam.

"Ayo" ucap George sambil menarik tangan Casey.

"Apa sih kak, tunggu deh. Aku tuh mau ngecek kak Mario, harusnya yang kena wanita jalang itu. Tapi malah kakak Mila yang kena!"ucap Casey berteriak marah namun sedetik kemudian menutup mulutnya dengan tangan, seketika itu juga badannya bergetar dan aura dingin menyelimuti tubuhnya. 

Mario menatap wanita di depannya dengan tatapan tajam. Urat-urat di lehernya timbul menandakan kemarahan yang hebat. Tangannya mengepal kuat, membuat kuku-kukunya menembus kulit tangannya.

"Kau bilang apa?" suara berat terdengar dari pria yang menatap wanita itu seolah-olah akan membunuhnya.

"T-t-tiii-ddaaakk k-k-kakk, a-aku ha-nny-akhhhh" rambutnya ditarik oleh Mario dengan kasar membuat beberapa helai rambutnya putus. Ia menangis tanpa suara, sungguh yang ia takutkan di dunia ini adalah kemarahan Mario.

Mario menatap mata gadis itu dengan mata memerah. Senyum sinis muncul di wajahnya, tangannya melepaskan rambut gadis itu. Ia menetralkan wajahnya dan mengontrol ekpsresinya.

"그를 죽여" Mereka yang mendengar kalimat itu langsung menangkap Casey yang sudah pasrah akan nyawanya, dan membawa pergi gadis itu dari sana melalui sebuah jalan rahasia di kamar itu.

Mario lalu keluar dari dalam ruangan tersebut, namun sesampainya di luar ia malah melihat kerumunan orang tidak jauh dari kamarnya. 

"Jadi kau adalah Mila?" langkah Mario terhenti mendengar suara familiar itu, ia langsung berjalan dengan cepat ke arah kerumunan itu dan menerobos orang-orang , lalu mendapati Tireya dan segerombol wanita sedang beradu argumen.

Matanya dengan cepat tertuju pada pipi gadisnya yang memerah. Baru ia akan menghampiri, namun terdiam mendengar ucapan Tireya.

"Aku adalah calon istri Tn. Anthony, tentu aku datang kemari dengannya" tangan Mario terkepal melihat Tireya tersenyum dengan bangga mengatakan hal itu.

"Bukan begitu, Sayang?" 

Cukup sudah, ia tak tahan lagi!

Mario mengangkat tangannya dan dengan cepat mengarahkannya ke Tireya.



***

To Be Continue





TIREYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang