Eyo, author comeback. Up sesuai janji. Ini up terakhir ok 🌕
Gimana ada yang kangen sama cerita ini? Atau sama author? Kali ini author up karena kesehatan author udah agak mendingan, walau masih dalam proses pemulihan juga.
Tapi, supaya kalian gk bosen nunggu author up deh, walau gk banyak sih. Hehe, mian
Have fun guys. Enjoy...
🥀🥀🥀
Part sebelumnya..."Maaf kek, Dinda gk tau itu laptop punya kak Tia hiks. Kak Tia maaf ya, lain kali Dinda gk akan ambil laptop kak Tia walau kak Tia yang kasih sendiri" ucap Dinda semakin mengompori Kemarahan kakek Tireya, dengan harapan bahwa kakeknya akan segera menyalahkan Tireya dan Sireya.
Namun satu yang tidak ia ketahui, keluarga Tireya memang keluarga yang baik dan selalu berlaku adil, namun bukan keluarga yang bodoh mereka keluarga yang kritis dalam menilai sesuatu.
Jika terlihat mereka hanya diam, jangan kira mereka tidak melakukan apa-apa. Yang pasti, mereka sedang menilai.
***
"Apa gimana? Gk salah denger gue? Gue? Ngasih laptop ke lo? " tanya Tireya sambil mengorek telinganya menggunakan kelingkingnya, seperti ingin membersihkan pendengarannya yang habis tercemar ucapan sampah.
"T-tapi itu kan benar kak, kakak yang kasih laptop itu ke aku" ucap Dinda masih terus mengeluarkan air matanya.
Gk habis pikir gue, itu anak punya mata air sendiri keknya lebih luas dari mata air di komplek elit ini. Gila, air matanya gk abis-abis. Bengkak-bengkak deh tuh
Tireya menatap Dinda yang sudah kembali mengeluarkan air matanya dengan wajah cengo, lalu menatap keluarga besarnya yang juga ternyata sedang menatap Dinda dengan pandangan tak percaya.
Bukankah ini berlebihan?
Itulah yang ada dipikiran mereka semua, bahkan kakek Tireya pun merasa bahwa Dinda sudah sangat Over acting.
"Aduh diem deh. Lu tuh ribet tau gk, dikit-dikit nangis dikit-dikit nangis. Gk capek lu?! Lagian yang rugi itu gue bukan lu! " ucap Tireya dengan suara besar, sedangkan keluarganya hanya diam menyaksikan. Mereka kehilangan kata-kata untuk membela ataupun berbicara, menurut mereka drama di depan mereka sangat murahan.
Bahkan kakek Tireya sudah duduk kembali dan menyaksikan tanpa mencoba membela Dinda lagi.
Gk cucu gk kakek sama aja. G ada yg bener di keluarga ini
Dinda masih saja terus menangis sambil menahan rasa geram, dan semakin memupuk kebencian kepada Tireya yang sudah berani mempermalukannya.
Ia pun menatap ke arah kakek Tireya yang sedari tadi membelanya dengan wajah sendu, dan membuat seolah hanya dirinyalah yang menjadi korban disini.
Namun saat ia menatap ke arah kakeknya Tireya, justru yang ia dapatkan adalah tatapan dingin dan tak berminat dari beliau.
Sekarang tidak ada lagi yang membelanya, jika seperti ini ia akan kalah dari Tireya. Sial
Lihat saja ia akan langsung membalasnya!
"Maafkan aku kak Tireya, tapi aku gk bermaksud sama sekali buat hilangin itu. Aku cuman mau hapus Video kakak aja supaya bunda sama ayah gk liat Vidio itu. Ups, hiks" ucap Dinda sambil terus menangis seolah merasa bersalah, namun menutup mulutnya seperti salah bicara.
Sontak seluruh keluarga Tireya kembali menatap Tireya.
"Maksudnya apa Tireya? " tanya Bunda sambil menatap curiga pada anaknya, membuat Tireya memutar bola matanya malas. Sejak awal ia sudah merasa aneh dengan bundanya ini. Apa yang terjadi pada bundanya?
"Vidio apa sih Dinda, orang gue gk pernah kok nyimpen Vidio. Lagian lo lancang banget mau ngehapus sesuatu di laptop gue tanpa izin gue! " ucap Tireya dengan senyum miring, dan melipat tangannya ke dada.
"Ta-tapi kan aku mau bantu kak Tireya supaya kakak gk dimarahin, kan dividio itu kakak waktu di bar sama cowok. Makanya aku hapus, hiks. A-aku gk ada maksud yang buruk kak hiks. Bunda maafin aku yang gk bisa cegah kakak ke bar kemarin hiks" Dinda menatap bunda dengan tatapan menyesal dan memohon, tanpa disadari ia tersenyum sinis karena bunda hanya diam saja.
Ia menganggap hasutannya telah meracuni otak keluarga itu, seluruh kebohongannya akan dipercayai oleh mereka semua.
Kebohongan? Iyalah, mana tau dia Tireya kemana kemarin dan karena yang lain juga tidak tau, oleh karena itu ia bisa mengarang cerita ini dengan baik.
"Tireya? Benar apa yang dikatakan Dinda? " tanya Ayah Tireya sambil menatap anaknya dengan tatapan penuh selidik. Di dalam hatinya sedang was-was, ia sangat yakin bahwa anaknya tidak mungkin melakukan itu. Namun jika itu terjadi maka ia akan sangat kecewa. Saat ini ia tidak melakukan tindakan yang gegabah seperti saat Dinda datang kesini, ia takut menyesal.
Semua orang disana menatap Tireya dengan tatapan penasaran, dan suasana di sana semakin tegang. Hanya tersisa suara isakan Dinda yang tidak terlalu kencang.
Lama terdiam, Tireya pun menatap mereka semua.
"Yang dikatakan Dinda itu
"... Benar"
🥀🥀🥀
Astaghfirullah Tireya...
Kira-kira gimana nasib Tireya selanjutnya? Atau malah Nasib Dinda yang sedang dipertaruhkan nih?
Gimana menurut kalian?
Ada yang mau disampaikan buat para tokoh?
Eits, sebelum itu luangkan beberapa detik buat tekan bintang di kiri bawah...
Oke, udah? Good
Sekian and see you next Part guys...
KAMU SEDANG MEMBACA
TIREYA
FantasyJANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA. OK Leee~... Up tidak menentu, pantengin aja. Jangan lupa masukkan dalam perpustakaan mu agar dapat pemberitahuan ( ͡°⁄ ⁄ ͜⁄ ⁄ʖ⁄ ⁄ ͡°) HAPPY READING GUYS! "Jika aku bisa mengulang waktu, tidak akan aku mau...