"Tetapi akan sulit untuk menyatukan Alhamdulillah dengan puji tuhan."
•• 🕷️ ••
14. Keributan kecil
"Woy Samsul!" teriak Daffa menggelegar di kantin. Cowok itu memanggil salah satu teman sekelasnya. Fahri. Tetapi ia memanggilnya dengan sebutan, Samsul. Entahlah, cowok itu memang hobi sekali mengganti nama seseorang.
Yang dipanggil pun menoleh kearah sumber suara. "Kenapa?" tanyanya, kemudian mendekat kearah Daffa.
"Pesanin kita makan dong," ujar Daffa, sembari mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dari dalam sakunya.
Fahri menghela nafas berat, lalu mengangguk. Inilah kerjaannya setiap hari. Menjadi babu para inti Black'carlos. Tetapi cowok itu juga tidak bisa menolak. Bukan karena takut, tetapi karena ia segan.
Walaupun sering di suruh-suruh, Daffa juga tidak lupa meneraktirnya makan dan memberinya uang jajan setiap hari. Bukan soal merendahkan atau meremehkan, tapi itu sebagai bentuk tanda terima kasih kepadanya dan Daffa juga tidak terlalu mempermasalahkan akan hal itu.
Jika ia menolak, maka akan semakin besar pula uang yang akan di beri oleh Daffa kepadanya. Hal itu terkadang membuatnya semakin tidak enak. Bagaimanapun juga, mau tidak mau ia harus menerimanya. Fahri akui, semua para anak inti Black'Carlos memang tidak pelit soal uang. Apalagi perhitungan.
Setelah menerima uang dari Daffa tadi, ia segera bergegas memesankan makanan untuk mereka semua.
"Sialan si Dirga!" Rayan melempar tatapan tajam kearah Dirga, yang sedang melancarkan aksinya.
Playboy yang satu itu sedang bermesraan dengan cewek kelas XII IPS 1, di pojok sana. Ia memamerkan kemesraan itu secara terang-terangan. Membuat beberapa siswi juga memandangnya dengan iri.
Dirga menatap remeh, kemudian menyandarkan kepala gadis itu di dada bidang miliknya dan mulai mengeluarkan gombalan-gombalan buayanya.
Dion berdecak, menatap mereka malas. "Gini nih, kalo ngontrak di bumi." ujarnya mendramatis.
"Mau kemana Lo?" Rayan mengerutkan keningnya heran, saat melihat Daffa yang mengemasi barang-barangnya dari atas meja kantin mereka.
"Mau ke mars," sahut cowok itu cuek.
"Packing-packing, mau ke mars guyss." ucapnya lagi.
"Mau pindah, capek di earth." lanjutnya semakin mendramatis keadaan.
Rayan hanya tertawa kecil menanggapinya, sama seperti yang lain. Kemudian, mata cowok itu menatap beberapa gadis yang kini tengah sibuk mencari meja kosong.
Suasana kantin saat ini memang sangat penuh. Dan kebetulan sekali, meja yang mereka tempati masih ada beberapa yang kosong. Dengan senang hati, Rayan memanggil mereka.
"Vanes dkk, sini aja woy! Masih ada yang kosong ini." ujar Rayan sedikit berteriak kearah mereka.
Vanessa yang merasa dirinya dipanggil pun segera menoleh. "Emang boleh?" tanyanya sok tidak enak.
Padahal, memang ini yang diinginkan oleh mereka semua. Yap! Mereka memang sudah merencanakan ini. Datang ke kantin telat. Agar bisa duduk bersama mereka nantinya. Sungguh licik sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTEZZA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[Novel Altezza bisa dipesan di TBO online dan tersedia di seluruh Gramedia Indonesia] Menikah karena sebuah kesalahan, adalah sesuatu yang tak pernah terpikirkan sebelumnya di benak Altezza. Siapa sangka jika laki-laki yang terkenal sebagai setan p...