[16] -introduction

144K 11.2K 264
                                    

Perasaan ini begitu rumit, karena gengsi yang begitu besar

-Altezza Rayzan Atmadja-

•• 🕷️ ••

[16] : [introduction]

Geisha menggeliat pelan dalam tidurnya. Sinar matahari yang menyilaukan menembus ventilasi-ventilasi kamarnya. Wanita itu menyipitkan matanya, lalu membukanya dengan perlahan.

Matanya melirik kearah space di sampingnya. Yang pertama di dapatinya adalah wajah tegas Altezza. Laki-laki itu terlihat sangat pulas dan tenang dalam tidurnya, lalu matanya beralih lagi menatap kearah jam dinding yang bertengger manis di kamarnya. Jam masih menunjukkan pukul enam pagi.

Geisha segera menjauhkan kepala Altezza dari ceruk lehernya, lalu menyibak selimutnya cepat dan langsung mengambil langkah menuju kamar mandi.

Setelah beberapa menit, wanita itu keluar lengkap dengan seragam sekolahnya. Ia mengambil handuk yang melilit di kepalanya, lalu berjalan kearah ranjang. Berniat untuk membangunkan Altezza.

Geisha menepuk pelan pipi laki-laki itu. Tak butuh waktu lama, mata Altezza yang tadinya tertutup rapat kini perlahan mulai terbuka. "Cepet mandi, nanti telat." ucapnya.

Setelah mengatakan itu, Geisha berjalan keluar kamar meninggalkan Altezza yang masih kelimpungan. Ia berjalan menuju dapur. Sedangkan Altezza, laki-laki itu langsung menyibak selimutnya dengan malas. Mengacak rambutnya asal kemudian berjalan kearah kamar mandi.

Selang beberapa menit, laki-laki itu sudah siap dan keluar lengkap dengan seragam sekolah miliknya. Altezza berjalan keluar kamar, ia menuruni anak tangga satu persatu menuju dapur untuk menghampiri Geisha.

Altezza duduk di meja pantry, ia memainkan ponselnya sambil menunggu wanita itu menyiapkan sarapan. Sesekali matanya juga mengawasi pergerakannya.

Geisha mengelap peluh yang membasahi pelipisnya, lalu segera mematikan api di kompornya. Wanita itu menggeser sedikit posisinya kesamping, untuk mengambil piring.

Setelah itu, ia berjalan kearah Altezza dan menyiapkan semua makanan itu di meja pantry. Tumis kangkung dan ayam kecap sudah tersaji di sana. Altezza menatap itu semua. Walaupun sederhana, tetapi itu tampak sangat menggiurkan baginya. Ternyata menikah tak seburuk yang ia pikirkan.

Geisha ikut mendudukkan tubuhnya di samping laki-laki itu, kemudian menyerahkan sepiring nasi dan lauk yang sudah ia siapkan untuk Altezza.

"Tumben rapi," Mata wanita itu melirik sekilas kearah seragam Altezza. Baju yang dimasukan kedalam, kancing yang tersusun rapi dan dasi yang terpasang apik di kerah leher laki-laki itu membuatnya sedikit bingung.

Altezza pun ikut memperhatikan penampilan, lalu menggidikan bahunya acuh. "Pengen aja," balasnya cuek. Geisha hanya mengangguk, lalu kembali kepada aktivitasnya semula.

Kini semuanya menikmati makanannya masing-masing, tanpa ada yang bersuara. Hanya dentingan sendok dan garpu yang menggema di dalam ruangan.

... 🕷️ ...

"Geisha! Astaga lu jalan?!" tanya Zara heboh sendiri, saat melihat sahabatnya itu yang baru saja keluar dari pertigaan jalan didekat sekolah mereka.

Tadi ia tidak sengaja bertemu dengan geisha di sini dan ia langsung saja segera menghampiri sahabat kesayangan itu.

Geisha hanya mengangguk sebagai jawaban. Sedangkan Zara, gadis itu terus saja membom geisha dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya pusing.

ALTEZZA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang