[38] -Kerandoman

117K 10.2K 1.4K
                                    

"Aku selalu bahagia, saat kamu mencintaiku sederas hujan yang jatuh dari langit. Tetapi aku lupa jika hujan juga akan reda saat rasa lelahnya tiba."

-Altezza Rayzan Atmadja-

•• 🕊️ ••

38 -Kerandoman

"SELAMAT PAGI DUNIA YANG BRUTAL!"

"Anjing! Loncat hp gue, goblok!!" pekik Rayan kaget sambil mengelus-elus dadanya yang berdebar kencang karena terkejut dengan teriakan tadi yang tiba-tiba.

Ponselnya hampir saja terjatuh dan masuk kedalam gelas minuman milik Dirga di depannya, kalau saja ia tidak cepat-cepat menangkapnya dengan sigap.

Teriakan menggelegar tadi itu berasal dari mulut cempreng Daffa. Laki-laki yang kini tengah menarik kursi kayu disampingnya dan langsung duduk menyempit disebelah Dion.

"Lagian Lo di situ." sinis Daffa tanpa merasa bersalah.

Saat ini, mereka berenam sedang nongkrong di warung mbok ijum. Warung kopi sederhana yang berada didepan sekolah, yang menjadi tempat persinggahan para inti black'crls pagi ini.

Rayan melirik Daffa kesal. "Kok jadi gue?! Lo tuh, pake teriak-teriak segala!" ketusnya dengan nada tinggi.

Sekarang giliran Daffa yang mengusap-usap telinganya yang sedikit pengang, akibat Rayan yang berteriak terlalu keras. "Heboh banget hidup Lo." ketusnya datar.

"Mirror?" sentak Rayan langsung.

Dion berdecak saat melihat keributan yang diciptakan oleh kedua temannya itu. Setiap hari selalu ada saja yang mereka ributkan. Entah itu masalah kecil ataupun besar.

"Gua mau cerita." ucap Daffa sambil menyeruput kopi miliknya, yang baru saja disuguhkan oleh mbok ijum.

Kening Dirga mengeryit. "Cerita apa? Kalo gak penting gua skip."

"Ini penting, penting, dan penting. Pentingnya melebihi kepentingnya negara." sahut Daffa lagi.

Membuat kelimanya menatapnya malas. Karena mereka semua tahu, penting yang dimaksud oleh Daffa itu berbeda.

"Yaudah cepet," sahut Rayan dari tempat duduknya.

"Jadi gini...." Daffa menjeda perkataan, lalu menarik nafas.

Yang lain mulai tampak serius, menatap laki-laki itu. Mereka diam dan terus menunggu cowok itu berbicara. Tetapi lima menit berlalu, Daffa tak kunjung bicara juga. Hal itupun sontak membuat Dion langsung menatapnya tajam.

"Gak usah cerita lah, njing! Kelamaan Lo, makan waktu." sentak Dion emosi dan diangguki setuju oleh yang lainnya.

Daffa mendengus mendengar itu, ia lalu mengacungi jari tengahnya yang entah ditunjukkan kepada siapa. Intinya cowok itu menjadi kesal sekarang.

"Cepet, habisin sarapan Lo. Bentar lagi bel masuk." ujar Rayan pada Dirga yang masih mengunyah nasi gorengnya. Cowok itu mengangguk menanggapi, lalu melanjutkan memakan nasi gorengnya hingga habis.

Kemudian Rayan menoleh lagi kearah Altezza dan menepuk pundak cowok itu. "Ayo bos, bentar lagi bel." ajaknya untuk segera pergi dari sana.

"Duluan aja." balas Altezza.

Rayan mengangguk. Kemudian berjalan duluan menuju gerbang sekolah, yang diikuti oleh Dion, Daffa, dan Dirga dari belakangnya. Sekarang hanya ada Rafael dan Altezza yang masih stay di sana.

Altezza melirik laki-laki berslayer hitam di sebelahnya. "El." panggilnya.

"Hm," dehem lelaki itu, tanpa menoleh.

ALTEZZA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang