[20] -Altezza marah?
Geisha menggeliat dalam tidurnya. Berkali-kali ia ingin memejamkan matanya, namun tidak bisa. Beberapa kali juga ia mencoba mencari posisi tidur yang ternyaman, namun sama saja. Matanya sulit terpejam.
Perlahan wanita itu bangkit dari tidurnya, lalu bersandar di kepala ranjang. Matanya mengedar, melirik kearah pintu. Kemudian, melirik lagi kearah jam dinding yang bertengger manis di kamarnya.
Pukul satu dini hari. Tetapi dirinya tidak bisa terlelap. Ia menghela nafas pelan, lalu kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Saat hendak memejamkan matanya, wanita itu mendengar suara decitan pintu yang dibuka lebar.
Yang ia yakini pelakunya adalah Altezza. Wanita itu berlari kecil menuju pintu utama. Berniat menghampiri laki-laki itu.
"Baru pulang, kok lam- Astaghfirullahalazim." Mata Geisha membulat kaget saat melihat luka lebam di sekujur wajah Altezza.
"Lo?" Tangan wanita itu terulur memegang pipi kiri laki-laki itu yang terlihat memar.
"Sshhtt!..." Altezza meringis saat lukanya di tekan oleh perempuan di depannya ini.
"Kok bisa kaya gini," tanya wanita hamil itu penasaran. Matanya masih menelisik ke setiap sudut wajah pria itu. Luka-luka di wajah Altezza membuatnya bergidik ngeri.
"Kenapa belum tidur?" Altezza balik bertanya. Pria itu baru menyadari, kalau Geisha masih terjaga hingga kini.
"Gak bisa tidur," jawab Geisha seadanya, tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.
"Kenapa?" Altezza mengerutkan keningnya.
"Gak tau." sahut Geisha lagi, sambil mengangkat kedua bahunya.
Wanita cantik itu berdecak. "Jawab dulu yang tadi, kenapa bisa kaya gini sih?!" tanyanya lagi.
"Lo tau." jawab Altezza singkat.
"Emang berantem, harus sampe segitunya ya?" tanyanya.
"Hm," balas Altezza cuek, lalu melenggang pergi begitu saja. Meninggalkan geisha yang masih berdiri di depan pintu, dengan wajah kebingungnya itu.
"Tungguin ish!" Geisha mencebikkan bibirnya, lalu berlari mengejar Altezza yang sudah berjalan mendahuluinya.
Altezza membalikkan badannya, matanya menatap tajam kearah wanita itu. "Jangan lari-lari!"
"Jingin liri-liri, nyenyenye!" cibir wanita itu, membuat Altezza kembali berdecak dibuatnya.
"Sini." Geisha menarik tangan Altezza menuju kamar. Setelah itu, ia mengambil kotak p3k di laci meja riasnya.
"Duduk." titah wanita itu kepada Altezza.
Tidak mau membantah. Laki-laki itu segera menuruti perintah dari ibu hamil tadi. Ia mendudukkan tubuhnya di pinggiran ranjang, diikuti oleh wanita itu setelahnya.
Dengan telaten, Geisha membersihkan lukanya dengan alkohol. Kemudian, dilanjutkan dengan mengompres luka-lukanya menggunakan handuk kecil khusus.
Manik mata hitam legamnya melirik kearah sudut bibir Altezza yang sedikit sobek. Tangannya terangkat mengelus luka itu pelan.
"Sakit gak, Za?" tanyanya membuka obrolan.
Sedangkan Altezza, laki-laki itu hanya diam. Otaknya kembali memutar kejadian seperti ini beberapa Minggu lalu. Semacam deja vu, pikirnya.
Pria itu tersenyum tipis, lalu menggeleng. Ia kembali diam, membiarkan wanita itu bebas memperhatikan luka-luka di wajahnya.
"Pasti sakit kan." ucapnya mulai melirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTEZZA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[Novel Altezza bisa dipesan di TBO online dan tersedia di seluruh Gramedia Indonesia] Menikah karena sebuah kesalahan, adalah sesuatu yang tak pernah terpikirkan sebelumnya di benak Altezza. Siapa sangka jika laki-laki yang terkenal sebagai setan p...