[23] -Cemburu hm?
Altezza memutar handle pintu kamar rumah sakit yang ditempati oleh Zelva. Setelah itu, ia menutupnya kembali dan berjalan mendekati Rayan yang tengah menenangkan gadis itu.
Rayan menoleh saat merasakan space di sampingnya ditempati seseorang. "Lama banget Lo Za!" decak Rayan frustasi.
"Macet." balas Altezza malas.
Zelva melepas cekalan tangan Rayan dengan kuat, lalu segera memeluk cowok itu erat. "Altezza..." rengeknya manja.
"Eh?!" Altezza hampir saja terhuyung ke belakang, akibat Zelva yang memeluknya secara tiba-tiba. "Kenapa?" tanyanya langsung.
"Hiks, gue takut..." cicitnya.
"Lo disini aja, temenin gue." pintanya memohon, sambil mengeratkan pelukannya lagi.
"Kan ada Rayan," beo Altezza tak mengerti.
Zelva menggeleng. "Gak mau, maunya sama Lo!" rengeknya lagi.
Altezza berdecak. "Gua gak bisa." tolaknya.
Zelva mendongak dengan wajah yang ia tekuk. "Kenapa?" tanyanya sok sedih. Wajah memelasnya sekarang ini malah membuat Altezza semakin muak melihatnya.
"Urusan gue bukan Lo aja," jawab Altezza datar.
Mata Zelva kini mulai berkaca-kaca. "Za, please temenin gue ya." lirihnya pelan.
"Apa ucapan gue tadi kurang jelas?" tanya Altezza.
"Please, zaaa..." mohonnya sekali lagi. "Kali ini aja,"
"Gak bisa Zel." tolak Altezza lagi.
"Sampe gua tidur aja deh," ujarnya memberi tawaran.
Altezza menghembuskan nafasnya kasar, lalu menganggukkan kepalanya terpaksa. "Oke, sampe tidur." putusnya.
Dalam hati Zelva ia bersorak penuh kemenangan. Gadis itu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Entah apa yang ada dipikirannya kali ini, intinya ia sudah punya rencana licik untuk menghancurkan hubungan Altezza dan istrinya.
Rayan yang masih berada di situ hanya memperhatikan keduanya, sebelum akhirnya ia izin untuk keluar. "Bos, gua ke kantin dulu ya. Laper." ujar Rayan sembari mengusap perutnya.
Altezza mengangguk, kemudian berjalan kearah sofa yang berada di dalam ruangan itu. Ia duduk di sana sambil memainkan ponselnya.
Setelah itu, Rayan pun segera bergegas menuju kantin. Meninggalkan Altezza dan Zelva di dalam ruangan berdua.
Zelva mengambil posisi berbaring, lalu menarik selimutnya sampai dada. "Za," panggil Zelva pelan. Altezza hanya berdehem, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.
"Gue gak bisa tidur kalo gak meluk sesuatu." ujarnya.
Altezza berdecak. "Terus?"
"Lo mau peluk gue gak, biar gue bisa tidur?" tanyanya penuh harap.
"Gak usah gila!" sentak Altezza.
Zelva mencebikkan bibirnya. "Yaudah, berarti Lo temenin gue sampe besok pagi." ujarnya santai.
Altezza menatap Zelva jengah. "Maksud Lo?!"
"Kan tadi perjanjiannya sampe tidur. Jadi kalo gue gak tidur-tidur, itu artinya Lo temenin gue sampe besok." jelas Zelva.
Sialan! Altezza mengertakkan rahangnya. Ia merasa seperti dijebak dan dipermainkan oleh Zelva sekarang.
"Gimana?" tanya Zelva lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTEZZA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[Novel Altezza bisa dipesan di TBO online dan tersedia di seluruh Gramedia Indonesia] Menikah karena sebuah kesalahan, adalah sesuatu yang tak pernah terpikirkan sebelumnya di benak Altezza. Siapa sangka jika laki-laki yang terkenal sebagai setan p...