"Menyia-nyiakan waktu tentangnya, sampai lupa akan adanya penyesalan yang selalu datang di akhir."
••🕊️••
[49] -Penyesalan?
"Papa?" beo Daffa kaget.
Tak lama kemudian, beberapa orang bersetelan jas pun datang dari berbagai arah. Mereka semua langsung menghajar Daffa tanpa banyak kata. Perkelahian sengit pun kembali di mulai.
Awalnya tidak cukup susah untuk Daffa melumpuhkan dan melawan mereka semua, tetapi lama-kelamaan para suruhan papanya itu semakin bertambah banyak. Hal itu cukup membuatnya menjadi kewalahan.
Sementara itu, Arkatama -Papa Daffa- hanya menonton perkelahian mereka dengan wajah tenangnya. Pria tua itu berjalan mendekati sebuah kursi di sudut ruangan, lalu mulai mendudukkan tubuhnya di sana.
Selama ini memang ialah orang yang telah membuat kekacauan di mana-mana, terutama pada keluarga Bramantha dan Atmadja. Karena persaingan bisnis lah yang membuatnya menjadi gila seperti ini. Ia tidak suka bila ada orang lain yang menyaingi popularitas perusahaannya sendiri.
Selama ini para kolega bisnis yang seharusnya bekerjasama dengan perusahaannya, kini menjauh dan lebih tertarik untuk memilih berkerjasama dengan perusahaan keluarga Bramantha dan Atmadja. Apalagi sekarang bertambah adanya perusahaan Aditama, yang kembali menyainginya di dunia bisnis.
Tentu saja ia tidak akan tinggal diam. Sampai suatu ketika, rencana liciknya berjalan lancar untuk membalaskan dendamnya pada anak-anak mereka dan mengancam para nyawa setiap keturunan Bramantha dan Atmadja.
Sebelum menghancurkan anak-anak dari dua keluarga bermarga itu, Arkatama juga sudah lebih dulu membunuh kedua orang tua Daniel dan juga Geisha, dengan cara mensabutase mobil yang mereka kendarai saat beberapa tahun lalu.
Pria tamak itu tidak pernah mau, membiarkan para keturunan Bramantha dan Atmadja bahagia tanpa adanya suatu masalah sedikitpun di kehidupan mereka.
Arkatama duduk di kursinya, sambil tersenyum miring kearah Daffa yang tengah kesusahan melawan para suruhannya. Pria itu kemudian terkekeh, lalu mengambil sebuah pistol dari sakunya.
Laki-laki itu melirik kearah putra tunggalnya sekilas, lalu mulai mensejajarkan pistol itu tepat pada kepala Daffa. "Berakhirlah, seperti mereka." bisiknya.
DOR!
Suara nyaring dari pistol revolver itu menggema didalam ruangan, membuat siapa saja yang mendengarnya merasakan dengungan di telinganya. Begitupun juga dengan Daffa, telinga cowok itu berdengung saat mendengar suara nyaring dari pistol tadi.
Daffa sedikit terpental ke belakang dan tersungkur di lantai. Cowok itu sampai merasakan pusing pada kepalanya, hingga pandangannya sedikit memburam.
Dan di detik berikutnya, Daffa tersentak kaget saat merasakan seseorang yang ambruk tepat didepannya. Betapa kagetnya cowok itu saat melihat Reynald yang sudah berbaring lemah di depannya dengan bersimbah darah.
Daffa langsung membulatkan matanya lebar, lalu segera membawa Reynald ke dalam pangkuannya. "LO NGAPAIN SIH, ANJING! GAK USAH BERCANDA LO!" sentaknya murka.
"BANGUN SIALAN!!" Daffa mengguncang tubuh Reynald kuat saat melihat cowok itu yang hendak memejamkan matanya, tangan kanannya ia pakai untuk menutupi lubang di dada kiri Reynald yang terus mengeluarkan darah segar.
Reynald mencoba membuka matanya, lalu menatap sayu kearah Daffa. "K-kak..." panggilnya pelan. "T-tolong j-jagain m-mama ya," pintanya lirih.
Daffa tidak menggubris, tetapi ia mendengarnya. Daffa terus menekan dada kiri Reynald, agar menghentikan pendarahan pada cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTEZZA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[Novel Altezza bisa dipesan di TBO online dan tersedia di seluruh Gramedia Indonesia] Menikah karena sebuah kesalahan, adalah sesuatu yang tak pernah terpikirkan sebelumnya di benak Altezza. Siapa sangka jika laki-laki yang terkenal sebagai setan p...