[39] -Marahnya bumil

130K 11K 1.4K
                                    

"Semesta punya kenyataan, keinginan juga punya tujuan, sedangkan aku hanya punya harapan yang ditentang oleh kepercayaan."

-Geisha Zamora Queenza-

••🕊️••

39 -Marahnya bumil

"Dari mana Lo berdua?" tanya Altezza pada Daffa dan Dion, yang baru saja sampai di kantin. Sedikit heran, karena tidak biasanya mereka berdua telat ke kantin seperti ini.

Daffa menyengir, lalu menarik salah satu kursi kantin di sebelahnya. "Dari toilet tadi," alibinya dan diangguki oleh Dion juga.

Altezza melirik Dion "Berdua?" tanya laki-laki itu tak percaya.

"Ya nggak lah! Ngadi-ngadi Lo, Za!" kilah Dion cepat. Matanya menyipit sinis kearah Altezza. Bisa-bisanya, laki-laki itu menudingnya yang tidak-tidak.

Altezza hanya mengangguk, kemudian kembali fokus pada ponselnya sebelum akhirnya mengingat sesuatu. "Rafael mana?" tanya cowok itu heran. Pasalnya ia tidak melihat Rafael sedari jam istirahat tadi. Tidak biasanya juga lelaki itu tertinggal jika berkumpul seperti ini.

Daffa menggaruk tengkuknya. "Hah? O-oh Rafael," cowok itu melirik Dion. "Rafael mana?" tanyanya dengan lirikan mata.

"Rafael ada dikelasnya." sahut Dion cepat. "Palingan juga lagi bucin, sama Clara." tambah cowok itu lagi.

Dion menatap Altezza, Rayan, Dirga dan juga Ravendra. "Udah pada pesen makanan belum?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"Mau pada pesen apa? Biar gue yang pesenin sekalian." ujar cowok itu lagi.

Rayan yang sedari tadi sedang tiduran dimeja pun, kini langsung bangun dan mendongak menatap Dion. "Gua mie ayam satu, sama es jeruknya." pesan cowok itu.

Dion mengangguk. "Yang lain?" tanyanya.

"Gua sama kaya Rayan aja dah, tapi minumnya Aqua ya." ucap Ravendra yang langsung diangguki oleh Dion.

"Gua mau nasi gorengnya Mpok Nori di sana Yon." cengir Daffa.

"Aelah elo, nyusahin mulu." decak Dion kesal. Pasalnya masi goreng yang dimaksud Daffa itu, adalah masih goreng yang dijual di dekat pertigaan jalan. Jauh dari sekolah. Merepotkan saja Daffa ini.

"Kalo elo, mau apa dir?" tanya Dion pada Dirga, yang sedari tadi sibuk senyam-senyum sendiri dengan tidak jelasnya.

Dirga mengalihkan pandangannya dari ponsel. "Pen makan yang manis-manis nih, mau dessert aja dah." putusnya.

Lirikan mata Dion berpindah menatap Altezza. "Lo Za?"

"Vanilla latte aja, satu." sahut laki-laki itu.

"Makannya?"

"Samain kaya Lo." ucapnya singkat.

Dion tampak berfikir, lalu kembali menatap kearah laki-laki bermarga Atmadja itu. "Gua mau nasgor."

"Iya,"

"Oke," tak mau berlama-lama lagi, Dion segera pergi menuju stand makanan untuk memesankan pesanan mereka tadi.

ALTEZZA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang