04. Kekhawatiran Lynton

110 10 0
                                    

Dan baru saja aku hendak membalas ucapannya ini, tiba – tiba saja ucapan ku ini terpotong karena handphone milik ku berbunyi dan menampilkan nama Andrew di layar handphone ku. Aku pun dengan perlahan mengangkat telepon dari saudara tiri ku ini.

" hallo? Ada apa Drew? " tanya ku saat aku mengangkat telepon.

" kau sakit ya? " tanya Andrew langsung saat mendengar suara ku.

" hm. My period. " jawab ku singkat jujur pada dirinya.

" pulang bareng Lynton aja ya? Gak usah masuk kantor lagi abis ini. " tawar Andrew dengan nada khawatir yang dapat ku dengar saat ini.

" tapi kan kita ada rapat Ndrew. Aku tak apa. Nanti setelah rapat baru aku pulang. " tolak ku menggeleng. Lupa jika Andrew tak akan melihat gelengan kepala ku ini.

" aku yang mengurus rapatnya. Kau tak perlu khawatir. Kau istirahat saja. " ujar Andrew yang sejujurnya membuat ku tergiur.

" apa tak apa? Jika aku tak kembali ke kantor? Nanti kalau rapatnya berjalan alot bagaimana? " tanya ku mencoba memastikan pada dirinya. Apalagi dengan keadaan ku seperti ini membuat aku sebenarnya memang ingin cepat istirahat di apartemen ku.

" iya. Tak usah kembali ke kantor. Aku yang akan menghandle rapat siang ini. Aku sudah mmpelajari materi rapat hari ini. Kau tenang saja. Tugas mu sekarang hanya istirahat saja. " ujar Lynton dengan pasti.

" hm. Baiklah. Aku rasa juga aku tak sanggup lagi jika harus memaksakan diri untuk bekerja. Maaf ya Ndrew. " ujar ku menyetujui Andrew.

"iya. Jangan di fikirkan. Kau itu adik ku. Aku khawatir pada mu. Jadi minta pada Lynton untuk mengantar mu pulang ke rumah ku saja. Jangan ke apartemen mu. " ucap Andrew sekali lagi.

" no. Aku pulang ke apartemen ku saja. " tolak ku dengan segera.

" jangan membantah El. Kau sendirian di apartemen. Dan itu akan membuat aku juga bunda khawatir. Pulang ke rumah ku saja. Lagipula di rumah ada aku, bunda dan Alfin yang bisa menjaga mu. " ujar Andrew terus memaksa dan akhirnya membuat ku menyerah. Aku pun mengiyakan ucapannya ini.

" baiklah. Aku pulang ke rumah bunda. " jawab ku akhirnya. Aku pun menutup telepon dari Andrew ini.

*****

" kau di marahi Andrew ya? " tanya Lynton perlahan. Setelah dirinya melihat aku menutup sambungan telepon ku dan meletakkan handphone ku di atas meja.

" tidak. Dia hanya tak suka aku pulang ke apartemen ku sendiri dan meminta ku untuk pulang ke rumahnya dan bunda. " jawab ku.

" Why? " tanya Lynton bingung.

" kau tahu sendiri kan Lyn. Aku tinggal sendiri di Indonesia. Mama ku dan papa nya Andrew tinggal di Singapura. Andrew khawatir. Makanya dia meminta ku untuk tinggal bersamanya, Alfin dan bunda Lia. " jelas ku merujuk ke ibu kandung Andrew.

" hm. Aku setuju dengan Andrew. Kau akan membuat kami khawatir jika kamu sendiri di apartemen mu sendirian. Apalagi posisi mu sekarang sedang tak enak badan. Lebih baik jika kau pulang ke rumah Andrew kan. " sahut Lynton mengangguk. Menyetujui keinginan Andrew tadi di telepon.

" kami? " beo ku.

" hm. Ya. Kau membuat kami khawatir. "

" termasuk dirimu? " tanya ku tak percaya.

" tentu saja. Kau benar - benar membuat ku khawatir. Wajah mu pucat. " sahut Lynton mengangguk seraya mengusap pipi ku pelan.

Dan usapan Lynton ini memberikan efek kejut pada ku. Bukan menyakitkan. Hanya saja membuat ku terkejut karena tak terbiasa skinship bersama seorang laki - laki dewasa selain Andrew, Alfin, ayah dan papa ku di hidup ku dewasa ini.

LOVE YOU, MY HUSBAND  (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang