08. Di Tinggal Bunda dan Alfin

59 8 0
                                    

" kenapa Lyn? "

" kenapa Kak Lynton? Kok tangan kak El di tahan? " bergantian Andrew dan Alfin mempertanyakan ulah Lynton ini.

" kenapa Lyn? " tanya ku bingung dengan sikapnya ini. Lynton yang mendengar pertanyaan ku ini sepertinya sama sekali tak ada niat untuk menjawab.

Hanya saja pandangan matanya mengarah ke ranjang yang ku tiduri barusan. Ulahnya ini membuat ku mengikuti arah pandangannya dan berhasil membuat ku tercekat. Dapat ku lihat bercak kemerahan yang cukup banyak di atas ranjang ku dan bisa ku Pastikan itu apa.

Haid ku sepertinya bocor dan merembes hingga menimbulkan bercak di atas sprei ranjang ku. Tanpa ku sadari, wajah ku langsung memerah menahan malu. Apalagi, justru Lynton lah orang pertama yang menyadari hal itu dan dirinya yang memberitahu ku lewat tatapan matanya.

Dan rupanya, Lynton menangkap raut wajah ku ini. Dengan segera dirinya langsung menarik Alfin dan Andrew yang belum menyadari situasi ini seraya memaksa mereka berdua untuk keluar kamar ku duluan.

" kita duluan aja duluan. Biar El di sini. " ajak Lynton pada Alfin dan Andrew. Dan tentu saja ulah Lynton ini langsung di tolak mentah - mentah oleh mereka berdua.

" lah kenapa tiba - tiba? Kita jagain El, Lyn. Kenapa juga harus duluan. Kalau kamu mau duluan, duluan aja Lyn. " ujar Andrew.

" kakak kalau mau duluan, duluan aja kak. Aku mau bantuin ka El ke luar. Nanti kalo lemes lagi pas jalan gimana. " ucap Alfin memandang Lynton dengan seksama.

" No. Kita pergi duluan saja. Biar El tinggal di sini sebentar. " paksa Lynton seraya menggelengkan kepalanya. Dan membuat Andrew juga Alfin kebingungan.

" kau kenapa sih Lyn? Ada apa? Lagian justru bagus kan El bareng kita keluar. Biar bisa kita jagain. " Tanya Andrew penasaran tak mengerti.

" iya ih. Kak Lynton aneh deh. " Ujar Alfin ikut - ikutan tak mengerti dengan sikap Lynton yang menurut mereka berdua aneh seperti ini.

" Biarin El nanti jalan sendiri. Kita tunggu di depan aja. Dia harus ganti pembalut. " sahut Lynton akhirnya buka kartu dan mencoba sedikit jujur pada duo Andrew dan Alfin ini.

Ulah Lynton ini berhasil membuat wajah Alfin dan Andrew memerah malu. Karena mereka tak terbiasa dengan pembahasan seperti ini. Apalagi yang mengatakan hal ini adalah Lynton, seorang laki - laki yang sama seperti mereka.

" kau kenapa malah membahas masalah ini sih. " gerutu Andrew dengan wajah masih terlihat malu.

" ka... Kakak. Kenapa ngomongin itu sih. " ucap Alfin yang juga menahan malu.

" kan tadi sudah ku minta kita duluan saja. Tapi kalian yang gak mau. Nanya kenapa kita harus keluar dulu. Ya mau gak mau aku ceritain. " ujar Lynton tak mau kalah.

Dan akhirnya setelah mendengar ucapan Lynton ini pun. Tanpa di komando, Alfin dan Andrew langsung keluar kamar ku tanpa bicara lebih lanjut.

" dasar. Padahal aku sengaja gak mau cerita. " ucap Lynton lagi melihat ke dua kakak beradik ini. Dan membuat dirinya geleng - geleng kepala.

" thanks Lyn. " ujar ku pelan sembari menundukkan kepala ku karena aku terlalu malu untuk bertatapan muka dengan Lynton.

" tak apa. Santai saja dengan ku. " ujar Lynton tertawa pelan dan membuat ku mengangguk.

" ya sudah. Aku keluar dulu. Nanti keluar ya kalau udah beres - beres, cantik. " tambah Lynton lagi dengan lembut sambil dirinya mengusap pipi ku dengan perlahan. Dirinya pun mulai melangkah menjauhi ku dan berjalan keluar kamar ku.

Jika tadi wajah ku memerah karena menahan malu akibat Lynton yang melihat bercak darah di ranjang ku, Kini justru berbeda.

Wajah ku memerah karena ulahnya yang begitu manis pada ku. Bahkan usapan tangannya di pipi ku juga memberikan efek kejut yang membuat ku merasa seperti ada ribuan kupu - kupu yang bertebaran di pertu ku.

LOVE YOU, MY HUSBAND  (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang